Bukan itu saja. Selepas kelompok itu pulang, datang lagi kelompok lain di malam itu. Mereka mengajukan pertanyaan serupa. Apa itu Katolik? Apakah Katolik akan membuka sekolah bagus seperti di Medan?
Pastor Rossum sangat takjub akan penyelenggaraan Tuhan pada malam itu. Bukan dia yang pergi mengunjungi orang-orang Batak. Tapi orang-orang Batak itu yang datang menemuinya. Pastor Rossum seperti lampu malam di tengah danau. Orang-orang Batak itu ibarat ikan-ikan yang mendekat ke sumber terang.
Dalam buku hariannya, Pastor Rossum mencatat peristiwa malam itu sebagai "mukjizat penjala ikan".  Pada malam itu dia telah mengalami mukjizat sebagai "penjala manusia". Malam itu juga dia mendapat nama baru dari orang Batak: Pastor Parosum. Itu tanda penerimaan. [3]
Pastor Rossum telah memulai hari-hari pertama karya misinya di Tanah Batak dengan mukjizat. Â Maka selanjutnya juga adalah mukjizat. Â Jauh dari kekhawatirannya akan penolakan orang Batak, hari-hari Pastor Rossum justru disibukkan oleh kunjungan utusan-utusan dari berbagai desa lingkar Danau Toba dan Samosir. Â Posisi Balige sebagai pusat sosial-ekonomi Tanah Batak telah memudahkan penyebaran berita kehadiran seorang pastor Katolik bernama Parosum ke segala penjuru. Â
Kekhawatiran pihak zending RMG terbukti juga. Â Bukan hanya para penganut agama asli Batak yang datang menemui Pastor Rossum. Tapi ada juga guru zending dan umat HKBP yang mengundang dia untuk mengajarkan iman Katolik kepada mereka.
Keramahan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan ketulusan Pastor Rossum berbaur masyarakat dari segala lapisan dan golongan telah memikat orang-orang Batak. Â Terlebih Pastor Rossum ikut melebur ke dalam adat dan budaya Batak setempat. Â Kefasihannya berbahasa Batak, kesediaannya mengenakan ulos, dan kehadirannya dalam acara-acara adat adalah hal-hal yang membuat orang Batak jatuh hati kepada Gereja Katolik.Â
Dua pertanyaan pokok yang selalu ditujukan kepada Pastor Rossum  adalah "Apa itu Katolik?" dan "Apakah Katolik akan membangun sekolah bagus seperti di Medan?"
Terbukanya Tanah Batak terhadap dunia luar, sebagai dampak kolonialisme, telah membangun kesadaran baru tentang hamajuon, kemajuan pada orang-orang Batak di Toba. Â
Mereka sadar bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemajuan. Â Acuannya adalah kota Medan. Sekolah-sekolah bagus di sana, termasuk sekolah Katolik, Â telah mengantar lulusannya meraih pekerjaan yang bagus di pemerintahan dan perusahaan. Sekolah adalah solusi keterbelakangan.
Itu sebabnya orang-orang Batak selalu berharap agar Pastor Rossum mendirikan sekolah Katolik di Tanah Batak. Â Pastor Rossum paham jalan pikiran orang-orang Batak dan tak hendak mengecewakan mereka.