Jika benar demikian adanya maka Ponorogo mungkin merupakan model pembentukan karakter sosial yang berhasil memadu-serasikan nilai-nilai budaya lokal (reog) dan nilai-nilai agama universal (Islam). Â Ini menjadi sangat menarik di tengah adanya kecenderungan untuk mempertentangkan budaya dan agama atau bahkan mensubordinasikan budaya terhadap agama.
Namun demikian simpulan-simpulan tersebut di atas masih bersifat hipotesis. Suatu riset sosial yang mendalam sudah pasti diperlukan untuk memastikan kebenaran (atau kesalahan) hipotesis-hipotesis tersebut. Â Tulisan sederhana ini boleh dianggap sebagai pengantar untuk penyusunan suatu proposal riset saintifik. Semoga ada yang tertarik. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H