Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warok dan Kyai: Dwitunggal Patron Karakter Sosial Jawa Ponorogo?

26 September 2023   15:03 Diperbarui: 27 September 2023   10:17 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warok, sesuai asal-usul katanya yaitu wewarah (pengajaran), memiliki legitimasi dan wibawa pengajaran nilai-nilai hidup kejawen. Dia disebut wong kang sugih wewarah, mampu memberi petunjuk kepada orang lain tentang hidup yang baik.

Dalam masyarakat Ponorogo, warok itu tergolong tokoh karismatis.  Dia memiliki sifat-sifat kasatria, budi pekerti luhur, dan wibawa tinggi. Juga punya peran penting di bidang budaya, sosial, dan politik lokal.

Cantrik dengan demikian belajar ilmu hidup kejawen kepada warok.  Baik dia itu cantrik gemblak, anak laki yang melayani warok, ataupun cantrik biasa, anggota kelompok seni reog.

Di pesantren para  santri belajar ilmu agama Islam kepada kyai, tokoh agama pemimpin pesantren yang ilmu agamanya tinggi dan peri hidupnya saleh.  Dia merupakan patron atau panutan sosial dalam hidup keagamaan, tapi juga di bidang lain seperti ekonomi dan politik.

Ajaran agama Islam itu bukan semata ilmu surga, tapi juga ilmu hidup di bumi.  Karena itu santri tidak melulu mempelajari isi Kitab Kuning, tapi juga ilmu-pengetahuan modern.  Karena itu santri lulusan pesantren itu ilmunya komplit, agama dan sains.

Cantrik dan santri pada awalnya mungkin adalah kategori sosial yang distingtif, walau tidak bertentangan secara diametral.  Dalam perkembangan dari masa ke masa orang Ponorogo bisa saja menjadi cantrik tapi juga santri. Sebab pada tahun 1950-an misalnya, untuk mencegah reog dijadikan PKI sebagai alat propaganda komunis lewat LEKRA, para tokoh Islam Ponorogo mendirikan organisasi KRIS (Kesenian reog Islam) dan CAKRA (Cabang Kesenian Reog Islam).

Seratus Persen Jawa, Seratus Persen Islam?

Sekurangnya sejak abad ke-18, pembentukan jiwa dan karakter orang Jawa Ponorogo merujuk pada dua patron (panutan) sosial dalam masyarakat.  Warok di padepokan reog sebagai panutan sosial-budaya (juga politik) dan kyai di pesantren Islam sebagai panutan agama dan sosial. Keduanya  merupakan dwitunggal patron karakter sosial Ponorogo.

Kendati demikian  lebih sering dikatakan reog adalah karakter dan jiwa orang Ponorogo.  Sehingga Ponorogo sendiri mengidentifikasi diri sebagai "Kota Reog". Patung reog berdiri di berbagai penjuru kota/kabupaten Ponorogo. Diperkirakan di tiap desa/kelurahan -- ada 307 desa/kelurahan (BPS, 2020) -- di Ponorogo terdapat minimal satu kelompok reog, sehingga terdapat sekitar 300 kelompok reog di sana.

Padahal pondok pesantren sendiri tak sedikit jumlahnya di Ponorogo.  Pada tahun 2022 diketahui terdapat sedikitnya 112 pesantren di kabupaten/kota Ponorogo.  Itu berarti terdapat hampir 1 unit pesantren per 3 desa/kelurahan. Tak heran bila Ponorogo disebut juga "kabupaten seratus pesantren" atau "Kota Santri". 

Fakta kehadiran atau eksistensi padepokan reog dan pesantren secara berdamingan di Ponorogo menimbulkan dugaan atau hipotesis bahwa karakter sosial orang Jawa Ponorogo dibentuk oleh nilai-nilai kejawen Jawa dan nilai-nilai agama Islam. Dua lembaga itu hadir dalam harmoni, tanpa konflik yang saling meniadakan.  Keduanya bersinergi atau berkolaborasi membentuk karakter orang Jawa Ponorogo yang unik.

Hasil sinergi dua lembaga itu, secara hipotetis juga mungkin bisa dikatakan sebagai karakter sosial "100 persen Jawa , 100 persen Islam".  Atau, mungkin dalam satu rumusan yang agak menyederhanakan, "jiwa reog iman Islam".  Ini suatu karakter sosial yang tak terbentuk pada, katakanlah, orang Jawa Surakarta atau orang Jawa Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun