Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toba dan Bromo: Tentang Bodoh yang Tak Kunjung Padam

25 September 2023   09:51 Diperbarui: 25 September 2023   17:50 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tornado api di tengah kebakaran Bromo akibat flare foto prewed. (Sumber: Tangkapan layar Twitter @infobmkgjuanda via rbg.id)

Bayangkan. Itu baru pre-wedding. Kalau sampai wedding dan malam pertama, bisa-bisa kebakaran mencapai puncak Semeru. 

Cinta membuatmu bodoh. Api cinta bisa membakar apa saja. Dan api di tangan orang yang berlaku bodoh, bisa menghanguskan segalanya. Kecuali dirinya dan kekasihnya. Itu sebabnya orang kasmaran berkata, "Dunia milik kita berdua."

Anehnya, sudah membakar Bromo, kelompok pre-wedding itu mempersalahkan pihak TNBTS, pengelola Bromo, pula. Katanya, pengelola Bromo tak menuntun mereka di sana. Gak dilarang menyalakan flare. Kebakaran, deh. "Bukan salah kami aja, dong." Kira-kira begitu kilahnya. 

Itu ibaratnya kamu melintas di depan rumah beratap ilalang kering. Kamu jentikkan puntung rokokmu ke atap rumah itu. Sehingga terjadi kebakaran. Ketika dipersalahkan, kamu berdalih, "Lho, pemilik rumah juga salah. Dia gak mengingatkan aku tadi."

Absurd? Ya, absurd. Sekaligus bodoh.

Kebodohan itu sejatinya manusiawi. Tapi mencari berbagai pembenaran untuk membela satu tindakan bodoh adalah kejahatan.

Setiap individu warga Indonesia ini seharusnya sudah mendapat pengajaran soal kelestarian lingkungan hidup. Entah itu secara informal melalui proses ajar sosial dalam keluarga dan komunitasnya. Atau lewat pendidikan formal di sekolah.

Karena itu terlalu aneh kalau ada orang yang tidak berpikir bahwa menyalakan flare di tengah padang sabana kering saat musim kemarau tidak berisiko kebakaran. Karena itu, melakukan tindakan tersebut, tanpa mitigasi berupa misalnya penyediaan tabung pemadam api (fire extinguisher), jelas adalah tindakan bodoh.

Masa sih ada orang berpikir bisa memadamkan kebakaran padang rumput menggunakan enam botol air mineral?

Aku betul-betul heran. Ternyata sejak kebakaran hutan pinus tahun 1960-an di Toba sampai kebakaran sabana dan hutan Bromo tahun 2023 di Bromo, penyebabnya tetap sama. Tindakan bodoh pengunjung dan juga warga.

Kesimpulanku, sepanjang kebodohan tak kunjung padam, maka kita masih akan menyaksikan padang rumput/sabana, perkebunan, areal reboisasi, dan hutan menyala-nyala jadi arang. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun