Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Huta dan Hauma: Mengenal Ekologi Budaya Batak Toba

16 September 2023   17:39 Diperbarui: 17 September 2023   09:00 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekologi budaya sawah di sebuah kampung Batak Toba di Balige, Toba (Foto: Kanal YouTube RD Explorer/screenshot)

***

Dua buku yang kubaca kemudian hari telah memberi pemahaman baru tentang bentang persawahan di Tanah Batak.

Buku pertama, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983) karya antropolog Clifford Geertz. Dalam buku itu Geertz memperkenalkan pendekatan ekologi budaya Julian H. Steward untuk memahami pola-pola adaptasi ekologi suatu komunitas sosial. Disebutkan budaya suatu komunitas menentukan pola adaptasi ekologisnya.

Berpijak pada pendekatan itu Geertz lalu membedakan dua tipe ekologi budaya Indonesia. Ekologi budaya sawah di Jawa-Bali dan ekologi budaya ladang di Luar Jawa. Dia menyebut Jawa dengan sawahnya sebagai "Indonesia Dalam". Sedangkan Luar Jawa-Bali dengan ladangnya disebut "Indonesia Luar".

Tipologi Geertz itu tak sepenuhnya akurat. Fakta empiris menunjukkan komunitas-komunitas Batak Toba di lingkar Danau Toba hidup dalam ekologi budaya sawah. Persis seperti orang Jawa-Bali di "Indonesia Dalam". Itu artinya komunitas Batak Toba adalah fenomena "Indonesia Dalam" di "Indonesia Luar".

Ekologi budaya sawah di lembah Bakkara, kampung Dinasti Sisingamangaraja (Foto: bitra.or.id)
Ekologi budaya sawah di lembah Bakkara, kampung Dinasti Sisingamangaraja (Foto: bitra.or.id)

Kelak dari buku kedua, Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993) karya sastrawan Sitor Situmorang, aku mendapat pemahaman bahwa orang Batak Toba itu aslinya adalah "komunitas lembah persawahan".

Disebutkan huta, kampung asli, orang Batak Toba selalu berlokasi di lembah-lembah lingkar Danau Toba, baik di garis pantai dalam (Samosir) maupun di garis pantau luar (Sumatera). Di situlah komunitas-komunitas Batak Toba membuka hauma, sawah, sebagai mata pencaharian utama.

Itu terjadi sejak abad XI, semenjak huta pertama Batak yaitu Sianjurmula-mula di kaki Gunung Pusukbuhit. Pola adapsi ekologi serupa yakni hauma diikuti orang-orang Batak Toba yang kemudian menyebar ke lembah-lembah di selatan Sianjurmula-mula. 

Kelak menjadi huta Harianboho, Sihotang, Tamba, Sabulan, Tipang, Bakkara, Muara, Meat, Balige, Laguboti, sampai Porsea. 

Juga diikuti orang-orang Batak yang menyebar ke lembah-lembah di timur Sianjurmula-mula, ke pulau Samosir, yaitu huta Pangururan, Simbolon, Palipi, Urat, Nainggolan, Onanrunggu, dan Lontung. Serta ke lembah Silalahi, Paropo, dan Tongging di sebelah utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun