Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Di Jakarta Lebih Penting Pohon atau Kabel Udara?

22 Agustus 2023   09:13 Diperbarui: 22 Agustus 2023   16:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggul pohon mangga yang telah ditebang kujadikan rambatan bagi tanaman philodendron lemon (Dokpri)

Kesalku sudah tembus ubun-ubun, mungkin berasap. Pasalnya kabel udara optik dan listrik semakin ramai semrawut malang-melintang di depan rumah. Tepatnya di Gang Sapi (pseudonim), Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Masalahnya kabel-kabel itu mulai menembusi tajuk pepohonan di pekarangan. Itu artinya aku harus memangkas reranting pohon-pohonku lagi. Kasihan itu pepohonan diamputasi melulu.

Duapuluh lima tahun lalu, waktu keluargaku mulai bermukim di Gang Sapi, udara depan rumah belum terlalu ramai dengan kabel-kabelan. Seingatku hanya ada kabel listrik dan telepon. 

Dalam perjalanan waktu, seiring perkembangan teknologi informasi, tanpa kusadari jumlah kabel itu bertambah terus. Selain kabel listrik dan telepon, bermunculan kabel-kabel berbagai provider internet dan televisi kabel (berbayar).

Masalahnya para pemilik kabel itu tak pernah mempertimbangkan eksistensi pohon-pohon di depan rumah. Mereka tak perduli pohon tumbuh terus hingga tajuknya akan melingkup kabel-kabel udara.

Itu bisa jadi masalah. Pertumbuhan cabang dan ranting bisa saja mendorong kabel. Hingga suatu ketika kabel itu menjadi tegang lalu putus. Atau goyangan hot tajuk pohon tertiup angin kencang bisa saja menggesek kabel sampai rusak.

Dalam kasus seperti itu, mana yang harus dipersalahkan, pohon atau kabel? Atau, siapa yang harus disalahkan, pemilik pohon atau pemilik kabel?

Aku gak paham bagaimana peraturan atau hukumnya. Tapi aku paling malas berselisih paham dengan korporasi. Dugaanku secara hukum pemilik kabel itu pasti menang, karena kabelnya merentang di jalur atau ruang publik. Sedangkan tajuk pohonku menjajah ke ruang publik.

Karena itu dengan masjgul aku berinisiatif memangkas cabang dan reranting pohonku sendiri, sebelum perkara muncul.

Mungkin aku terlalu baper atau lebay, entahlah. Sebab pemilik pohon bisbul di samping rumah, dan pemilik pohon jambu air di seberang rumah, cuek-cuek saja membiarkan kabel-kabel itu terperangkap di dalam tajuk pohon miliknya. Yah, lain aku lain tetanggalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun