Kalau di darat? Ya, suara buaya merambat di udara lalu masuk ke alat pendengar buaya lain lewat lubang di atas matanya. Kata Mas Ronny, menjawab pertanyaanku, buaya di darat mengeluarkan suara lenguhan dan gumaman. Nah, kalau ini, buaya mungkin meniru lenguhan dan gumaman "buaya darat" yang sedang in action di losmen jam-jaman.
Tentu kita berharap riset tak berhenti pada sekadar memecahkan kode dan makna suara buaya. Diharapkan ada penelitian lanjutan berorientasi inovasi.
Misalnya kita berharap Mas Ronny bisa meneliti dan menemukan chip dekoder dan interpreter suara buaya. Chip itu bisa ditanam di liang kuping manusia. Itu pasti sangat berguna, misalnya untuk mengetahui posisi buaya dan apa yang sedang dipikirkannya.Â
Tapi lebih dari sekadar alasan keamanan dari serangan buaya, chip itu akan sangat berguna untuk meng-kepoin pasangan buaya sedang bercakap-cakap. Dari situ mungkin bisa terungkap rahasia kesetiaan buaya. Itu berguna banget untuk terapi para peselingkuh, pelakor dan pebinor, bukan? Namanya "terapi buaya".
Mari kita berdoa agar Mas Ronny tergerak untuk melakukan riset penemuan chip itu. Demi dunia yang bebas dari peselingkuh, pebinor, dan pelakor. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H