Dokumen tertua terkait konsumsi daging anjing oleh orang Batak yang dapat saya temukan adalah foto tahun 1917. Foto koleksi Perpustakaan Universitas Leiden Belanda itu menampakkan pasar daging anjing di pantai Danau Toba, Balige. Tampak sebagian penjual mengangkat kepala anjing yang telah dibakar.Â
Jadi kebiasaan orang Batak makan daging anjing memang bukan hal baru. Penelusuran informasi di situs-situs internet mengantar saya pada kesimpulan kebiasaan itu sudah ada sejak era animisme/dinamisme Batak Toba. Era kepercayaan pada roh-roh makhluk hidup dan benda mati.
Orang Batak penganut animisme/dinamisme tempo dulu percaya bahwa kekuatan roh manusia berbeda-beda. Roh penguasa lebih kuat dibanding roh warga biasa. Roh budak paling lemah. Di kalangan hewan, roh harimau dan anjing dipercaya paling kuat.
Orang Batak dulu percaya bahwa kekuatan roh dapat melemah dan dapat pula diperkuat dengan cara isi ulang (recharge). Caranya antara lain dengan makan daging anjing. Sebabnya anjing dianggap tangkas, kuat, cepat, dan berani.Â
Makan daging anjing dipercaya bisa meningkatkan kekuatan roh manusia. Semisal dia seorang hulubalang, maka dia akan menjadi lebih tangkas dan berani dalam perang.
Keyakinan itu bertahan sampai hari ini kendati orang Batak sudah menganut agama Kristiani. Hanya saja istilahnya kini daging anjing bukan ""penguat roh" lagi tapi "penghangat badan". Katanya, makan daging anjing bikin tubuh jadi hangat, terutama daging anjing hitam.Â
Saya tidak tahu persis apakah benar makan daging anjing bisa bikin tubuh hangat -- satu hal yang dibutuhkan di Tanah Batak yang dingin. Sebab saya sendiri baru satu kali makan daging anjing. Itu dulu pada awal 1980-an, karena ditantang rekan orang Flores untuk membuktikan diri sebagai orang Batak yang "makan anjing". Dungu sekali, memang, tapi ya sudahlah.
Walau bukan lauk sehari-hari, orang Batak kini dimungkinkan makan daging anjing tiap hari. Seseorang tinggal pergi makan ke lapo-lapo, kedai makan khas orang Batak yang menyajikan lauk B1 (biang, anjing).Â
Lapo semacam itu selalu bisa ditemukan di berbagai kota atau daerah di Indonesia yang ada komunitas Batak Tobanya. Penandanya, jika ada gereja HKBP, maka di sekitar situ kemungkinan besar ada lapo B1 dan B2 (babi).
Mungkin bukan sesuatu yang patut dibanggakan tapi jelas kini pasar daging anjing telah berkembang sebagai segmen khusus. Lapo-lapo B1 tidak memiara anjing untuk dipotong tapu ada pemasok yang menyediakannya. Bahkan di sejumlah pasar atau kampung di Tanah Batak sana ada tempat khusus penjualan daging anjing siap olah. Bukan pemandangan yang nyaman bagi kelompok pecinta hewan, tentu saja.