Tapi ada juga pemburu solo dengan tiga atau empat ekor anjing. Saya punya kenangan khusus di Panatapan (pseudonim) dengan pemburu solo asal kampung tetangga awal 1970-an. Kebetulan kami sedang panen padi di sawah waktu itu.
Menjelang tengah hari, dari hutan pinus di sebelah barat persawahan tiba-tiba terdengar teriakan dan salak anjing bersahut-sahutan. Tanda anjing-anjing pemburu itu sedang mengejar babi hutan. Teriakan dan salak anjing-anjing itu terdengar semakin mendekat ke arah persawahan.
Mendadak anjing betina piaraan kami, Leki namanya, melompat dan berlari kencang ke arah tebat di selatan persawahan. Belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, kami menyaksikan Leki menggigit tengkuk seekor babi hutan di dalam air tebat. Babi hutan itu susah payah berenang ke tepian. Tapi di sana empat ekor anjing pemburu sudah siap menerkamnya. Lalu menyusul pemburu solo itu datang dan menancapkan tombaknya persis di jantung babi itu. Tamatlah riwayatnya.
Sebagai balas jasa Si Leki, anjing kami mendapat sepotong hati babi hutan itu dan kami, tuannya, mendapat satu paha depan lengkap dengan kakinya. Itu rezeki kami pada hari itu berkat kesigapan dan keberanian Leki membekuk babi hutan buruan tetangga kampung.
Dahulu kala kegiatan berburu dilakukan orang Batak untuk pemenuhan konsumsi daging. Lazimnya kegiatan itu dilakukan sekelompok lelaki dewasa setelah mendapat petunjuk hari baik dari tetua kampung yang pintar maniti ari, melihat hari baik dan buruk.Â
Ada hari-hari baik untuk berburu dengan peluang besar mendapat hewan buruan. Nantinya daging hewan buruan itu dibagikan kepada keluarga-keluarga sekampung.
Tapi dengan bertumbuhnya ekonomi uang, terutama sejak era kolonial di awal abad-20, kegiatan berburu untuk sebagian dimaksudkan juga untuk tujuan komersil. Daging hewan buruan dijual ke pasar. Atau kadang juga habis dibeli oleh warga kampung-kampung yang dilintasi sepulang berburu.
***
Dari hewan penjaga dan pemburu merangkap teman, bagaimana ceritanya kok anjing bisa menjadi hewan pedaging bagi orang Batak Toba?Â
Sejauh ini belum diketahui secara pasti sejak kapan daging anjing masuk ke dalam budaya makan orang Batak Toba. Tapi beberapa zendeling RMG (Protestan) melaporkan orang Batak sudah makan daging anjing pada saat mereka tiba di sana. Itu berarti tahun 1863 ke atas.
Itu termasuk kebiasaan makan yang ingin diubah oleh para zendeling sejak awal karya evangelisasinya di Tanah Batak. Tapi tak berhasil sampai hari ini.Â