Itu semacam gagasan "sekolah tanpa dinding", suatu praktek pendidikan yang berpusat pada minat, keinginan, dan kompetensi murid. Gagasan itu jelas tak mungkin dijalankan hanya oleh pemerintah yang memiliki keterbatasan sumberdaya pendidikan dan sumber belajar.Â
Karena itu, dalam implementasi gagasan itu, kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil, perusahaan, dan perorangan yang mumpuni adalah sebuah keharusan. Dengan cara itulah pendidikan kini dibangun sebagai sebuah gerakan sosial.
Sejak awal Nadiem sudah sadar bahwa sasaran Merdeka Belajar/Kampus Merdeka, yaitu profil (karakter) pelajar (siswa/mahasiswa) Pancasila mustahil diwujudkan tanpa kerjasama pemerintah dan non-pemerintah. Kerjasama itu dijalin dengan membangun ekosistem pendidikan kolaboratif.
Jadi Pak Anies ada baiknya berdiskusi dulu dengan Mas Nadiem sebelum mengritik praksis pendidikan nasional hari ini. Betul Mas Nadiem aslinya cuma "tukang ojek", tapi dia tukang ojek yang punya visi besar pendidikan di era IoT dan mampu mewujudkannya secara kolaboratif. Dia bukan tukang revisi yang cuma utak-atik kebijakan dan program lama.
Berdiskusi dengan Mas Nadiem itu niscaya bisa bikin kritik Pak Anies lebih kena, pedas tapi sedap. (eFTe)
Catatan Kaki:
[1] "Anies soal Masalah Pendidikan:
Negara Suruh Warga Diam Saja", CNN Indonesia, Sabtu, 29 Jul 2023.