Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Anies, Tolong Berdiskusi dengan Mas Nadiem tentang Pendidikan Kita

31 Juli 2023   06:44 Diperbarui: 31 Juli 2023   10:18 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhadjir diingat dengan sistem zonasi PPDB yang selalu bermasalah dalam prakteknya. Antara lain pengubahan alamat siswa agar berada di radius PPDB suatu sekolah favorit.

Anies sendiri dikenang dengan gerakan literasi sekolah (wajib baca buku non-pelajaran) dan antar anak di hari pertama sekolah. Gerakan literasi itu dilanjutkan Nadiem menjadi gerakan peningkatan literasi dan numerasi. Sedangkan gerakan antar anak, yah, itu sih sudah kebiasaan umum perkotaan sejak dulu.

Tapi di masa Nadiem sekarang, kritik Anies jelas tidak tepat.  Kini ada kebijakan dan program Merdeka Belajar (TK sampai SMA/SMK) atau Kampus Merdeka yang digagas dan diimplementasikan Nadiem. Itu jelas-jelas anti monopoli pemerintah.

Keberhasilan implementasi Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka itu sangat tergantung pada partisipasi atau kolaborasi dengan stakeholder pendidikan selain pemerintah.

Di aras pendidikan dasar dan menengah, untuk mendukung sukses implementasi Merdeka Belajar, Kemdikbudristek mengundang partisipasi organisasi penggerak. Itu bisa berupa  organisasi sosial atau masyarakat sipil yang bergerak di bidang pendidikan. Peran kolaboratifnya diharapkan untuk mendukung peningkatan literasi dan numerasi TK sampai SMA/SMK.

Selain itu perorangan yang punya kompetensi mumpuni terkait pendidikan juga diundang untuk kerjasama. Mereka bisa menjadi antara lain konsultan, narasumber pelatihan, fasilitator, tutor, ahli IT, penulis konten, peneliti dalam rangka implementasi Merdeka Belajar.

Peran organisasi sosial dan perorangan non-pemerintah itu bisa dilihat pada program sekolah penggerak. Ini program pewujudan pendidikan bepusat pada murid. Nah, peran organisasi sosial dan individu luar-sekolah diposisikan di situ sebagai sumberdaya pendidikan dan sumber belajar. 

Demikian pula di aras pendidikan tinggi, program Kampus Merdeka tak akan bisa berjalan tanpa kolaborasi dengan organisasi bisnis dan masyarakat sipil. Dalam dua tahun terakhir program magang, studi independen, kewirausahaan (sosial/ekonomi) mandiri misalnya tak mungkin berjalan tanpa respon partisipatif BUMN/D, perusahaan swasta/startup, koperasi, organisasi nirlaba, dan lembaga non-pemerintah (NGO).

Selain itu para pakar dan praktisi luar-kampus juga diundang ke kampus sebagai sumber belajar. Dengan cara itu mahasiswa dapat belajar langsung dari pelaku lapangan. Tidak hanya belajar teori atau simulasi di dalam ruang kuliah.

***

Apa yang sedang dibangun Nadiem dengan kebijakan dan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka sejatinya adalah ekosistem pendidikan kolaboratif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun