Indeks Kebahagiaan. Â Angka IK Jakarta merosot 0.65 poin dari 71.33 (2017) menjadi 70.68 (2021). Sementara IK nasional naik 0.80 poin atau 1.13% dari 70.69 (2017) menjadi 71.49 (2021).
Artinya kebahagiaan warga Jakarta merosot, diukur dari aspek-aspek  kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumahtangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan keamanan.
Merosotnya kebahagiaan warga Jakarta itu konsisten dengan fakta kesenjangan pendapatan yang tergolong tinggi, peningkatan angka kemiskinan, dan peningkatan IPM yang rendah.
Kesimpulannya pertumbuhan taraf sosial-ekonomi Jakarta dalam periode pemerintahan Anies (2017-2022) Â secara keseluruhan relatif stagnan atau bahkan merosot. Pertumbuhan PDB rendah, Rasio Gini Pendapatan (ketimpangan) meningkat, kemiskinan meningkat, pertumbuhan IPM rendah, dan indeks kebahagiaan warga menurun.
Artinya, Jakarta di tangan Anies tidak mengalami kemajuan sosial-ekonomi atau, dengan kata lain, tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan.
***
Tapi bukankah Anies menjalankan sejumlah program yang diklaim sebagai program transformasi dan kolaborasi Jakarta? Simak infografis berikut.
Tentu perlu analisis mendalam untuk menjelaskan mengapa setumpuk program transformasi dan kolaborasi itu tak berdampak peningkatan taraf sosial-ekonomi warga Jakarta.Â
Tapi sebuah penjelasan sementara, hipotetis, dapat diajukan di sini. Diduga bahwa program-program transformasi (dan kolaborasi) yang dijalankan Anies di Jakarta itu adalah gejala "modernisasi tanpa pembangunan."
Maksudnya, Anies melakukan modernisasi pada sistem layanan dan prasarana/sarana publik, tapi tak memberi dampak perubahan positif atau perbaikan signifikan pada taraf kehidupan sosial-ekonomi warga Jakarta.