Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ketika Empat Jam Menunggu Argo Muria di Stasiun Pekalongan

22 Juli 2023   07:21 Diperbarui: 23 Juli 2023   18:50 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan interior stasiun ke arah barat (Dokpri)

Walau sepanjang jalan ada obrolan ringan bertiga dengan supir, aku sungguh kewalahan menahan serangan kantuk siang. Dan sebelum aku betul-betul tertidur, mobil sudah berhenti di tepi Jalan Gajah Mada, persis di depan Stasiun Pekalongan. Ruas jalan ini dulunya adalah bagian dari De Grote Postweg, Jalan Raya Pos atau Jalan Daendeles.

Tetenger menara komunikasi di depan Stasiun Besar Pekalongan (Dikpri)
Tetenger menara komunikasi di depan Stasiun Besar Pekalongan (Dikpri)

Sambil melangkah ke komplek stasiun, aku melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Jarum jam menunjuk pukul 13.47 WIB. Masih ada waktu 4 jam sebelum Argo Muria tiba dari Semarang pukul 17.50 WIB.

"Kita duduk di dalam situ saja. Adem." Istriku menunjuk ke pintu ruang ticketing yang jembar dan berpendingin. Maka masuklah kami ke situ, sambil menyeret satu koper berdua. Banyak kursi kosong, sehingga kami bebas memilih dua kursi untuk duduk bersisian.

Lalu kami berdua ngobrol acak di situ tentang aneka soal yang ada dalam "ensiklopedia keluarga". Semisal soal masuk angin, diet cabai dan garam, perilaku anak, penyakit lansia, kolesterol, dan tananaman hias.  

Gayeng, gayeng sekali.  Seakan ruang ticketing itu adalah kamar tidur kami. Ah, ngobrol ngalor-ngidul berdua seperti itu memang  tak pernah membosankan.

Hanya begitu saja selama 4 jam?

Tentu saja tidak. Ada menit-menit jeda. Mengamati perilaku  calon penumpang keluar-masuk beli tiket di loket. Atau  keluar sejenak  dari ruangan untuk melemaskan urat-urat, sambil memastikan gedung stasiun masih berada di tempat. 

Tampak depan Stasiun Besar Pekalongan (Dokpri)
Tampak depan Stasiun Besar Pekalongan (Dokpri)

"Pasti banyak cerita yang melekat pada stasiun ini," pikirku pada satu momen, sambil menjeprat-jepret sudut-sudut eksterior bangunan stasiun itu. 

Berpikir seperti itu, otomatis otakku langsung aktif  melakukan mental texting, menulis di layar monitor benak. Huruf-huruf, kata-kata, dan kalimat-kalimat saling-gandeng di pikiranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun