Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Puluh Menit Bodohku di Museum Kota Lama Semarang

30 Juni 2023   06:52 Diperbarui: 1 Juli 2023   07:25 2970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Spiegel Kota Lama Semarang, kini menjadi Spiegel Bar & Bustro (Dokpri)

Jika ingin mengetahui sejarah tempo dulu sebuah kota, maka berkunjunglah ke museum kota tua yang ada di situ.

Itulah yang kulakukan di Semarang. Sebab waktu singgahku terlalu pendek untuk menjelajah seluruh sudut kota lama di sana.

Beruntung, memang, aku berkunjung di waktu yang pas.  Semarang baru saja punya Museum Kota Lama. Baru dibuka pada Februari 2022 lalu.

Aku baca di "medol" (media online) museum itu menggunakan teknologi imersif. Itu teknologi pengaburan batas dunia nyata dan dunia simulasi digital, sehingga pengunjung merasa berada di tengah kota Semarang tempo dulu. Museum Kota Lama adalah penerap pertama dii Indonesia.

"Bagus sekali," pikirku saat mengakses e-tiket gratis via aplikasi Lunpia -- aplikasi khusus wisata Semarang. Kubayangkan diri menelusuri jalan dan gang Kota Lama secara imersif nanti di museum.

Sip, dapat e-tiketnya berupa barcode. Satu nomor ponsel bisa mendapat dua tiket. Aku pakai dua nomor ponsel untuk mendapat empat tiket. Istri, aku, dan dua anak kami.

"Asyik, gratis," sorak anakku. "Hush, gak ada yang gratis," sanggahku. "Uang pembangunan dan pengelolaan museum itu diambil dari pajak yang kita bayarkan."

Kami pilih sesi kunjungan paling akhir, pukul 15.00-15.30 WIB. Satu sesi 30 menit lamanya.

Tepat pukul 14.30 WIB kami mulai melangkah dari Taman Srigunting, jantung Kota Lama, menyusuri  Heerenstraat, sekarang Jalan Letjen Suprapto, ke arah timur. Tiba di persimpangan dengan Oosterwalstraat, sekarang Jalan Cendrawasih, kami berbelok ke kanan. Seterusnya menyusuri jalan ke selatan, hingga tiba di Museum Kota Lama. 

Gedung museum itu berdiri di tengah Bundaran Bubakan, Purwodinatan. Bundaran ini tadinya adalah spot air mancur. Sewaktu diadakan penggalian untuk revitalisasi taman kota, ditemukan di situ instalasi depo loko trem pertama di Hindia Belanda..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun