Sambil melangkah keluar dari pelataran museum, aku berpikir, apa sih yang bisa dikisahkan pemandu dan diserap pengunjung dalam tempo 30 menit di museum? Â
Terlalu sedikit, juga terlalu sumir informasinya. Hanya garis besar saja.
Itu sebabnya aku merasa bodoh selama 30 menit di Museum Kota Lama. "Rasanya aku kok gak tahu apa-apa, ya." Bagiku, terlalu banyak bolongnya penjelasan Mbak/Mas Pemandu yang cakep itu.
Tapi sekurangnya pengalaman 30 menit bodoh di museum itu membuatku penasaran tentang sejarah Kota Lama Semarang. Lalu aku berselancar di internet untuk melahap tulisan-tulisan tentang Semarang Lama. Itu semua menjadi rujukanku saat menulis artikel ini.Â
Maksudku, aku harus menambal sendiri bolong-bolong informasi sejarah Kota Lama yang dikisahkan Mbak/Mas Pemandu di museum.
Selain juga menjelajah langsung sudut-sudut kita lama. Untuk lebih memahami masa lalu kota itu. Nanti kutulis tentang ini kalau sempat.
Tapi di atas itu semua, aku sebenarnya punya harapan yang tak terpenuhi di Museum Kota Lama Semarang.
Pertama, aku berharap ada wisata virtual jelajah Kota Lama, lengkap dengan penjelasan tentang gang, jalan, dan gedung-gedungnya.
Kedua, aku berharap mendapat oleh-oleh dari museum berupa lembar cetak timeline dan peta Kota Lama Semarang sejak periode Mataram, VOC, sampai Hindia Belanda. Kalapun harus beli, tak masalah.
Apakah harapanku berlebihan? (eFTe)
Â