Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Local Pride, Naturalisasi, Kegilaan Erick Thohir, dan Masa Depan Sepak Bola Kita

9 Juni 2023   07:54 Diperbarui: 9 Juni 2023   17:23 5540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erick Thohir percaya bahwa, jangka panjang, interaksi pemain naturalisasi -- yang tetap bermain di klub-klub Eropa --  dan pemain lokal akan mengangkat standar performa Timnas. Tentu dengan syarat timnas mampu bertransformasi menjadi sebuah tim ajar (learning team) yang efektif. Semua pemain menjadi pembelajar sekaligus pemelajar sepakbola dalam praktik.

Kedua,  mencari direktur teknik PSSI asal Eropa. Langkah ini jelas mengisyaratkan Erick Thohir benar-benar mematok standar sepakbola modern Eropa sebagai sasaran besar PSSI. 

Diberitakan Erick sedang mencari sosok direktur teknik di lingkungan sepakbola Jerman.  Nama Joachim Low, pelatih yang membawa Jerman juara dunia 2014,  santer terdengar. Bukan tak mungkin jadi kenyataan.

Sangat mungkin juga pelatih asal Eropa, dengan kualifikasi kelas piala dunia, akan direkrut menggantikan Shin Tae-yong. Itu wajar saja.

Ketiga, laga persahabatan FIFA dengan ranking 1 dunia. Bagi banyak orang, di Indonesia dan luar negeri, laga persahabatan FIFA antara Timnas Indonesia dan Timnas Argentina, ranking 1 dan juara Piala Dunia 2022, adalah langkah yang benar-benar "gila".  

Apa yang bisa dilakukan timnas kita, ranking 149, terhadap Timnas Argentina, ranking 1? "Itu ibarat katak menantang lembu," bisik orang mencibir.

Tapi jangan lupa. Erick Thohir itu darah dan syarafnya pengusaha. Dalam dunia usaha berlaku satu prinsip ini: jika mau hebat, maka harus bersaing dengan yang lebih hebat.  Bersaing dengan yang lebih kecil, lemah, mungkin membuat suatu perusahaan tampak "baik" (good), tapi itu tak akan membuatnya "hebat" (great). 

Begitulah. Jika Timnas Indonesia mau jadi hebat, kelas dunia, maka dia harus percaya diri dan teguh hati menghadapi tim kelas dunia seperti Timnas Argentina. Selanjutnya mungkin Timnas Maroko dan Timnas Portugal. 

Begitulah cara terbaik untuk naik kelas. Bukan dengan melawan tim-tim papan tengah-bawah, katakanlah tim-tim Asia Tenggara. Itu boleh jika targetnya hanya mau menjadi "raja kodok di bawah tempurung".

Empat, mempromosikan pemain lokal untuk bermain di klub-klub Eropa. Pertama-tama ke klub-klub papan bawah dulu. Seperti Marselino gabung ke klub divisi dua Belgia. Tembakannya, pada akhirnya, klub-klub papan atas. Tentu langkah tersebut harus dilakukan PSSI secara terencana dan intensif.

Promosi semacam ini mesti dilakukan sebagai pengimbang naturalisasi. Dengan cara itu, jangka panjang, Timnas Indonesia pada akhirnya akan diperkuat oleh pemain-pemain lokal dengan kualitas Eropa (baca: dunia). Timnas Maroko di Piala Dunia 2022 adalah eksemplar terbaik untuk skema seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun