Mikir dikit, napeh.
Wisno: "Waduh Mas. Tikus berhak untuk hidup juga. Saran saya dibuang (dipindahkan) saja ke tempat yang cocok.
Lha, masalahnya itu tikus merasa tempat yang cocok untuknya, ya, rumah Engkong Felix. Masa dibuang ke rumah Engkong Felix, sih?Â
Kasih saran kira-kira dong, Mas.
Roselina Tjiptadinata: "... tikus itu boleh jadi reinkarnasi dari salah seorang sahabat masa kecil. Nah, bayangkan. Masa tega, hehehe."
Wah, sulit dibayangkan, Bu Lina. Soalnya sahabat-sahabat masa kecilku masih hidup semua.Â
Aku berterimakasih kepada rekan-rekan kompasianer yang telah memberi saran hukuman untuk tikus ganjen itu. (Kecuali Daeng Khrisna. Aku ogah berterimakasih atas pertanyaannya.)
Tapi mohon maaf sebesar-sebesarnya. Semua saran itu sia-sia. Sebab sebelum aku memutuskan saran mana yang akan kujalankan, tikus ganjen itu sudah keburu tewas di dalam perangkap.
Jangan kau tanya kenapa tikus itu bisa mati sendiri. Kejadian semacam itu lumrah saja. Bukankah kerap juga ada tahanan yang mati dalam penjara tanpa sebab yang jelas? Kamu tak pernah mempertanyakan sebab-musababnya, kan?
Justru yang perlu dipertanyakan adalah kewarasan teman-teman yang memberi saran hukuman untuk seekor tikus. Sudah tahu tikus bisa mati sendiri, kok ya bisa-bisanya sumbang saran hukuman untuk tikus itu. Gak ada kerjaan, apa? (eFTe)
Â
                 Â