Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mahasiswa versus Gubernur: Kemiskinan Logika dalam Kritik Pembangunan Lampung

25 April 2023   08:54 Diperbarui: 26 April 2023   19:30 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dan tiktoker Bimo Yudho (Foto: via tribunnews.com)

Lampung tidaklah buruk seperti kritikan mahasiswa Bimo Yudho, tapi mengapa Gubernur Lampung Arinal Djunaidi sangat resisten terhadap kritik?

Kemiskinan logika, ya, kemiskinan logika. Untuk tak mengatakan cacat logika atau sesat pikir. Itulah penjelasan dibalik resistensi itu.

Ironisnya, bukan hanya Gubernur Lampung Arinal -- mewakili semua stafnya yang terlibat dalam resistensi -- yang miskin logika. Tapi juga Bimo sendiri, mahasiswa "kritis dan berani" (?) yang dielukan, dibela, dan didukung khalayak, sekurangnya oleh warganet.

Saya akan tunjukkan kemiskinan logika pada dua pihak itu, yang mengritik dan yang dikritik. Jenis kemiskinan yang membuat kritik dan atau respon terhadap kritik menjadi tak bermutu. Kecuali bahwa kritik itu menjadi viral sambil menularkan kebodohan massal.

Kritik Mahasiswa yang Cacat Logika 

Kritik Bimo atas pembangunan Lampung lewat akun TikToknya (@awbimaxreborn) langsung mengklaim bahwa "Lampung gak maju-maju". Tapi tidak dijelaskan apa indikator "gak maju-maju" itu dan sejak kapan "gak maju-maju".

Karena itu bisa dikatakan kritik Bimo bersifat normatif, umum, tak didukung oleh data yang valid dan memadai. Frasa "gak maju-maju" itu bisa saja diberlakukan untuk propinsi-propinsi lain di Indonesia. Katakanlah kepada 25 persen dari total provinsi dengan indikator kinerja pembangunan terendah. 

Dengan begitu, klaim Bimo bahwa Lampung "gak maju-maju" itu subyektif, menurut penilaiannya sendiri yang bias pada pengalaman dan pengamatan personal. 

Hal itu terbaca jelas dari empat faktor penyebab "Lampung gak maju-maju" yang diajukannya.

Pertama, keterbatasan infrastruktur. Bimo terutama menyoroti infrastruktur jalan rusak atau tak memadai di Lampung. Padahal jaringan jalan adalah pendukung ekonomi masyarakat.

Masalahnya Bimo tak mendasarkan kritiknya pada data yang valid dan memadai tentang pertumbuhan jaringan jalan di Lampung. Katakanlah dalam 5 tahun terakhir. Berapa kilometer pertambahan jalan aspal, perkerasan sirtu, dan tanah. Apakah positif atau negatif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun