Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Ganjar Pranowo Bawa Indonesia ke Mana Bila Jadi Presiden

2 Mei 2023   10:31 Diperbarui: 2 Mei 2023   15:54 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Publikasi-publikasi Data BPS, diolah sendiri.

"Pada jam 13.45 WIB dengan mengucap bismillah, menetapkan Ganjar Pranowo sebagai kader dan petugas partai, ditingkatkan tugasnya sebagai calon presiden." -Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, Istana Batutulis Bogor, 21 April 2023.  

Anies Baswedan kini tak kesepian lagi. Sudah hadir Ganjar Pranowo sebagai pesaing bakal calon presiden Indonesia. Sebentar lagi mungkin Prabowo Subianto menyusul.

Ada untungnya bila pesaing hadir. Fokus dan target pertarungan menjadi terang. Tidak buang-buang enersi lagi sekadar pukul angin, seperti telah dilakoni Anies Baswedan. Fokus dan target kini menjadi spesifik yaitu menjadi yang terbaik  di antara bertiga.

Namun ada satu pertanyaan mendasar yang harus diajukan kepada, dan harus dijawab oleh, setiap calon presiden Indonesia. Ke mana dia akan membawa negara ini bila terpilih menjadi presiden?

Untuk menjawab pertanyaan itu, sepakat dengan Anies Baswedan,  kita bisa merujuk pada rekam jejak. Bukan merujuk visi dan misi capres yag bisa dikarang seindah mungkin.

Jika pertanyaan tadi diajukan secara khusus kepada Ganjar Pranowo, maka rekam jejaknya jelas menunjuk pada kinerjanya sebagai Gubernur Jawa Tengah (Jateng). Asumsinya, seperti dikatakan Anies, kinerja sebagai gubernur menggambarkan apa yang akan dilakukan pada aras nasional kelak bila terpilih menjadi presiden.

Indikator kinerja seorang gubernur bukanlah penyelesaian berbagai program pembangunan daerah. Semisal pembangunan jembatan penyeberangan orang, pembuatan sumur resapan, naturalisasi sungai, dan lain-lain. Itu bersifat spesifik lokal sehingga tak dapat diperbandingkan antar daerah.

Paling tepat, sekaligus paling obyektif, indikator kinerja gubernur adalah tingkat capaian kemajuan sosionomi masyarakat. Itu adalah resultan dari keseluruhan program pembangunan di suatu daerah -- juga berlaku di aras nasional. 

Indikator-indikator tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB/ukuran pedapatan), Indeks Rasio Gini (ukuran ketimpangan), Angka Kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Indeks Kebahagiaan.

Pertanyaannya, berapa dan bagaimana tren PDB per kapita, Radio Gini, angka kemiskinan, IPM, dan Indeks Kebahagian Jateng dalam periode  kegubernuran Ganjar Pranowo?

***

Ganjar menjabat gubernur Jateng untuk dua periode yaitu 2013-2017 dan 2018-2023. Karena itu data indikator yang digunakan untuk menganalisis tingkat capaian dan tren pembangunan Jateng akan mencakup rentang waktu 2013-2022.  

Merujuk publikasi BPS, tabel berikut menyajikan data indikator kinerja pembangunan di Jateng, dibanding pada data nasional tahun2013-2022.

Sumber: Publikasi-publikasi Data BPS, diolah sendiri.
Sumber: Publikasi-publikasi Data BPS, diolah sendiri.

Data ada tabel tersebut memberi indikasi tren kinerja positif Jawa Tengah dalam pembangunan sosionomi daerah.  Tren dilihat secara kasar, dengan membanding keadaan awal (2013) dan keadaan terakhir (2022).  Apakah membaik atau sebaliknya memburuk?

PDB per kapita. PDB per kapita Jateng meningkat cukup pesat dalam 10 tahun terakhir. Naik sebesar 69% dari Rp 24.95 juta tahun 2013 menjadi Rp 42.15 juta/kapita pada tahun 2022. Angka ini masih jauh di bawah capaian nasional yang naik dari Rp 45.12 jita (2013) menjadi Rp  71.03 juta/kapita (2022), atau meningkat 84%.

Rasio Gini. Rasio Gini Jateng mengalami penurunan 6% (0.024 poin) dari 0.390 (2013) menjadi 0.366 (2022). Artinya, ketimpangan pendapatan menyempit di tengah kenaikan PDB per kapita. Angka Rasio Gini Jateng lebih baik dibanding angka nasional yang turun 6.16% dari  0.406(2013) menjadi 0.381 (2022). Artinya kesenjangan pendapatan di Jateng lebih sempit ketimbang secara nasional.

Angka Kemiskinan.  Kenaikan PDB dan penurunan Rasio Gini konsisten dengan penurunan angka kemiskinan di Jateng. Persentase penduduk miskin turun 24% dari 14.44% (2013) menjadi 10.98%.  Penurunan persentase penduduk miskin Jateng itu lebih besar dibanding angka nasional (16,56%). Tapi persentase penduduk miskin secara nasional, dibanding Jateng, memang lebih rendah yaitu 11.47% tahun 2013 dan (turun menjadi) 9.57% tahun 2022.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM Jateng sedikit lebih rendah, atau sebenarnya hampir sama, dibanding angka nasional.  IPM tahun 2013 adalah 68.02 sedangkan tahun 2022 sebesar 72.79, atau meningkat 7.01% (4.77 poin), sedikit di atas angka nasional (6.73%).  Artinya akses warga Jateng terhadap  pendidikan, pendapatan, dan kesehatan penduduk Jateng membaik dalam 10 tahun terakhir.

Indeks  Kebahagiaan (IK).  Berdasar pengukuran tahun 2021, IK warga Jateng tercatat 71.73 atau sedikit di atas indeks nasional (71.49).  Ini kebalikan dari tahun 2014 ketika IK Jateng tercatat 67.81 sedangkan Indonesia 68.28. Kenaikan IK Jateng (2014-2021) mencapai 3.92 poin sedangkan Indonesia 3.21 poin.  

Secara khusus IK mengukur kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumahtangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan keamanan.

Tren positif capaian pembangunan sosionomi Jateng itu diwarnai anomali tahun 2020 yaitu penurunan GDP/kapita, peningkatan Indeks Rasio Gini, dan peningkatan Angka Kemiskinan.  Itu dampak pandemi Covid-19 yang tak bersifat spesifik Jateng.  Anomali itu berlaku secara nasional.

 ***

Tadi sudah diasumsikan rekam jejak berupa kinerja pembangunan daerah bisa menggambarkan capaian seorang mantan gubernur jika dia menjadi presiden.  Jika asumsi itu diterima, maka bila menjadi presiden  Ganjar akan membawa Indonesia ke kondisi berikut:

  • Peningkatan PDB per kapita atau pendapatan per kapita penduduk;
  • Penurunan angka kemiskinan atau jumlah penduduk miskin;
  • Penurunan angka Rasio Gini atau penyempitan kesenjangan pendapatan penduduk;
  • Peningkatan IPM atau akses penduduk terhadap pendidikan, pendapatan, dan kesehatan; dan
  • Peningkatan IK atau kebahagiaan warga Indonesia. 

Tapi benarkah begitu?  Tunggu dulu!

Pembangunan sosionomi nasional selalu mengakomodasi kepentingan tiga pihak yaitu penguasa (negara), pengusaha (modal), dan warga (rakyat) -- disamping kepentingan asing, tentu saja.  Seorang presiden harus mampu menciptakan equilibrum optimal tapi konstitusional antara kepentingan tiga pihak itu.  

Sejauh ini belum ada informasi yang valid dan akurat, semisal visi, misi, strategi, dan program serta jejaring sumberdaya calon presiden, sehingga tak ada dasar untuk menyimpulkan apakah Ganjar cenderung membangunan harmoni antar kepentingan tiga pihak. Atau berpihak kepada salah satu pihak semisal negara saja (oligarkis), modal saja (kapitalis), atau rakyat saja (populis).

Jadi ke mana Ganjar Pranowo akan membawa Indonesia bila dia terpilih menjadi Presiden RI? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan lebih akurat nanti di masa kampanye Pilpres 2024. 

Hari ini semua bakal calon presiden, termasuk Ganjar Pranowo, masih ibarat "kucing dalam karung" yang ditawar-tawarkan "pedagang" setiap waktu. Nasihat leluhur, jangan pernah membeli "kucing" sebelum dikeluarkan dari dalam "karung". (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun