Sains bukanlah soal fanatisme, melainkan keterbukaan untuk menilai dan menerima kebenaran-kebenaran saintifik baru. Mustahil menerima kebenaran baru apabila berpegang fanatik pada kebenaran lama.
Itu sebabnya diminta untuk membuka pikiran. Otak dibuka untuk menerima dan mengakumulasi hal-hal baru, tapi dengan sikap kritis. Dengan sikap kritis dimaksud adalah predisposisi untuk menilai aspek-aspek logika (epistemologi) dan etika (nilai, aksiologi) pada suatu teori, konsep, dan temuan empirik sains.
Frasa "kepala kosong pikiran terbuka" dengan demikian menunjuk pada prinsip demokrasi dalam proses pendidikan atau khususnya proses ajar (belajar dan mengajar). Maksudnya, proses ajar sebagai praksis pendidikan adalah proses komunikasi, pertukaran gagasan secara dua arah. Antara pengajar (yang belajar juga dari pelajar) dan pelajar (yang juga mengajar pengajar).
Secara sederhana bisa dikatakan proses ajar di kelas atau luar-kelas haruslah semakin mencerdaskan baik bagi pengajar maupun pelajar. Proses yang menuntun pengajar dan pelajar untuk selalu mengakumulasi sains terbarui dalam otaknya.
Wasanakata
Dengan mengadopsi filosofi "bahu pijakan" dan "pikiran terbuka" dalam praksis pendidikan, khususnya pengajaran, saya tak bermaksud menolak atau menegasikan trilogi pendidikan "panutan - penyemangat - pendorong".
Bukan begitu.Â
Saya hanya punya kendala sosiologis, juga psikologis, untuk memahami dan menerapkan trilogi pendidikan itu. Bahwa ada rekan pengajar yang mampu memahami dan menerapkannya, dan itu mungkin banyak, maka saya terbuka belajar dari mereka.
Intinya saya tak mampu menjadikan diri sebagai panutan, penyemangat, dan pendorong yang baik bagi mahasiswa. Secara moral itu terlalu berat untukku, seorang manusia biasa.
Jika kemudian saya mengadopsi filosofi "bahu pijakan" dan "pikiran terbuka" untuk praksis pendidikan, khususnya pengajaran, hal itu semata karena alasan keduanya masuk akal (logis) dan bermoral (etis) untuk ukuranku.
Dan kalau dipikir-pikir sekarang, bukankah kedua filosofi itu kongruen dengan prinsip-prinsip "Merdeka Belajar" yang kini dipromosikan Mendikbudristek Nadiem Makarim? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H