"Lha, kalau gitu, beres, dong."
"Malah kacau, Bang. Soalnya Diah itu malah  beli kolak untuk bapak. Marah-marahlah dia. Minta obat D**colax kok dibeliin kolak."
"Oh, gitu, to." Â Poltak gak tega ngakak.
Kebetulan, lagi bulan puasa, di pinggir jalan Amat Buras banyak orang jualan takzil. Mungkin Diah gemblungwati itu berpikir mbah majikan pengen makan kolak.
Yah, begitulah hasil komunikasi seorang lansia yang ngomongnya kurang jelas dan seorang asruga yang lubang kupingnya tersumpal earphone. Ujung-ujungnya kemelut.
Poltak segera mengontak ojol untuk pengiriman obat sembelit itu. Harganya Rp 10.000, ongkosnya Rp 15.000. Total biaya Rp 25.000
"Bagus juga Frans gak ke sini," kata Poltak dalam hati sambil melirik goreng pisang bikinan Berta. "Bisa ludes goreng pisangku sama dia."Â
Poltak berhitung. Kalau Frans datang ke rumah, dia pasti melahap 4 goreng pisang. Harga satu goreng pisang Rp 5.000. Berari Rp 20.000 untuk empat goreng pisang.Â
"Aku masih untung limaribu peraklah." Poltak membatin. Â Dia sudah ketularan cara pikir orang kaya rupanya. (eFTe). Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H