"Bang, punya obat sembelit, gak. Â Tolong ojolkan ke rumah, ya, Bang."
Begitu Frans mengubungi Poltak via WA, kemarin sore.Â
Poltak rada heran. Minimarket "Jakamart" hanya sepelemparan batu dari rumah Frans di Jln. Amat Buras. Dia kaya, punya banyak duit. Kenapa pula minta-minta pada Poltak, lansia pas-pasan -- pas gak punya uang -- di Gang Sapi?
"Begitulah orang kaya zaman now," pikir Poltak. "Prinsipnya, kalau bisa gratis, kenapa harus beli. Kalau bisa korupsi, kenapa harus jujur."
"Untuk apa, Frans. Kamu sembelit? Minum jus pepaya campur duren aja."
"Bukan aku, Bang. Tapi bapak, nih."
Nah, bapak yang sudah uzur menjadi alasan bagi Frans untuk minta obat gratisan.
"Kenapa rupanya bapak," tanya Poltak. Bapak mertuanya itu memang sedang giliran nginap sirkuler di rumah Frans.
"Bapak sudah tiga hari sembelit. Tadi dia diam-diam minta Diah beli D**colax."Â
Adapun Diah itu adalah seorang asruga, asisten rumahtangga, yang kalau diajak ngomong suka denger gak denger. Soalnya dua lubang kupingnya selalu disumpal earphone untuk menikmati lagu-lagu dangdut koplo dari ponselnya.Â