Mario tidak sendiri dan David juga. Ada banyak Mario-Mario dan David-David lain di tengah masyarakat kita. Selalu ada orang kaya yang merasa punya privilese dan, karena itu, merasa berhak menghakimi siapa saja yang dianggap menolak privilesenya.
Barangkali kita harus belajar menerima kenyataan itu sebagaimana kita tak kuasa menolak adanya kejahatan di tengah masyarakat. Lihatlah konten-konten ajar anak di medsos para "sultan" dan "crazy rich" muda. Mereka mengajar anaknya untuk menjadi pribadi yang tak pernah berkekurangan, pantang ditolak kemauannya, dan tak peduli pada anak-anak kebanyakan.
Kita hanya bisa berharap agar kelak, bila anak-anak itu sudah besar, dan juga anak-anak dari orang-orang yang terpengaruh oleh mereka, tidak tumbuh menjadi Mario-Mario baru. Tepatnya tidak berkembang menjadi pribadi-pribadi yang kaya harta tapi miskin empati, atau kaya secara ekonomi (finansil) tapi miskin secara sosial. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H