"Privilese sosial itu adalah hak istimewa yang lekat pada status sosial eksklusif yang disandang individu dalam masyarakat tertentu. Bedakan dengan akses sosial."
Media massa dan media sosial sedang ramai dengan isu privilese sosial (social privilege). Khususnya tentang previlese anak pejabat dan atau privilese anak orang kaya.Â
Kaitannya secara khusus dengan kasus Mario, anak seorang pejabat kaya-raya, yang menganiaya David, seorang anak remaja warga biasa, sampai tak sadarkan diri.Â
Tapi secara umum juga menyinggung perilaku asosial dari individu-individu elite lainnya. Entah itu di jalan raya, tempat hiburan, dan tempat-tempat lain.
Khusus tentang Mario dikatakan bahwa sebagai anak pejabat kaya raya dia mendapatkan banyak privilese dalam hidupnya. Sejak bayi sampai beranjak dewasa muda. Semisal bisa belajar di sekolah elite, membeli barang-barang mewah, pelesir ke luar negeri, dan memperlakukan orang lain semaunya.Â
Sesuatu yang tidak spesifik Mario sebenarnya. Itu sudah menjadi gejala di kalangan "kelas menengah palsu" di Indonesia. Nanti akan dijelaskan soal ini.
Tapi apakah benar hal-hal yang diakses atau dilakukan Mario, juga anak-anak kelas elite lain yang setipe, itu privilese dalam arti sebenarnya?
Saya pikir, tidak. Ada salah kaprah di situ. Orang rupanya telah menyamakan begitu saja privilese dengan akses. Itu dua hal yang berbeda.
Perlu diluruskan dulu salah kaprah itu. Sebelum kemudian melihat kaitannya dengan perilaku antisosial, semisal kekerasan fisik dan verbal pada pihak lain yang dipersepsikan tak punya privilese.
Saya akan tunjukan nanti, perilaku antisosial itu berkait dengan masalah kesadaran palsu (false conciousness) dan kemiskinan sosial di lingkungan kelas elit sosial.