Suatu keyakinan tentang kerja sebagai kebaikan moral: seperangkat nilai yang mengukuhkan  pentingnya bekerja, dicerminkan oleh hasrat atau tekad  untuk bekerja keras.
Intinya, jika bicara tentang etos kerja maka bicara tentang seperangkat nilai dasar yang mendasari tindakan kerja.
Untuk memahami itu, perlu merujuk teori Max Weber tentang "etika protestan dan semangat kapitalisme" (Lihat: Â The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, New York and Oxford: Oxford University Press, 2011).
Etika Protestan, menurut Weber,  adalah suatu nilai dasar dalam Injil yang menyatakan keberhasilan duniawi adalah pertanda keselamatan abadi (surgawi). Penganut Protestan Calvinis kemudian bekerja keras mencapai keberhasilan ekonomi, sebagai jaminan bagi mereka untuk  kelak diterima masuk surga. Caranya, karunia sumberdaya dari Tuhan mesti dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin sehingga memberikan hasil berlipat ganda.
Rujukannya adalah Injil Matius (25: 14-30). Seorang tuan yang bepergian jauh mempercayakan hartanya kepada tiga orang hambanya.  Hamba pertama mendapat 5 talenta, yang kedua 2 talenta, dan yang ketiga 1 talenta.  Saat tuan itu kembali ke rumah, hamba pertama dan kedua melaporkan talentanya  masing-masing sudah dikembangkan menjadi lipat dua. Karena itu mereka berhak masuk ke dalam "rumah kebahagiaan".  Sementara hamba ketiga tidak mengembangkan talentanya, sehingga upahnya adalah masuk ke "rumah penderritaan". Â
Kata Weber etika Protestan itu menjadi faktor pemicu sukses ekonomi di kalangan umat Protestan Calvinis pada tahap awal kapitalisme di Eropa. Â Kesimpulan Weber ini kemudian menjadi salah satu tesis pokok dalam teori modernisasi, teori yang mendasari proses-proses pembangunan di Indonesia. Â
Dikatakan, agar perekonomian bangsa Indonesia maju, maka orang Indonesia harus punya etos kerja yang kuat.  Hal itu semacam anti-tesis untuk anggapan bahwa orang Melayu, termasuk Indonesia, itu malas. Kendati itu  sebuah anggapan sesat yang dinarasikan pemerintah kolonial sebagai justifikasi untuk tindakan represif dan ekstraktif.
Sampai di sini, Â cukup jelas, ya. Â Bicara etos kerja berarti bicara tentang nilai pokok yang mendasari tindakan kerja manusia. Â Kita catat dulu itu.
***
Sekarang tentang etos kerja orang (manusia) NTT.
Ini perlu dibuat jelas.  Sebab klaim "masuk sekolah pukul lima pagi untuk membentuk etos kerja" itu  bermakna "manusia NTT tak punya etos kerja".  Karena itu perlu dibentuk lewat proses-proses persekolahan.