Sebuah peristiwa duka telah melontarkan diriku ke masa lalu.Â
Jauh. Ke masa kanak-kanak. Masa Sekolah Minggu di Aeknatio (pseudonim), kampungku di Tanah Batak.
Tak sengaja sebenarnya.
Aku sedang membuka-buka kanal YouTube di ponsel. Ketemu satu kanal yang memberitakan wafatnya Pastor Leo Joosten, OFM Cap pada 28 Februari 2021.
Pastor Leo, seorang Belanda yang kemudian menjadi WNI, berkarya di Tanah Batak sejak 1971. Â Limapuluh tahun berkarya di sana, Pastor Leo dikenal sebagai tokoh gereja Katolik inkulturatif Batak.
Tentang hal terakhir ini mudah-mudahan bisa saya tulis nanti secara terpisah.
Hal yang membuatku terlempar ke masa lalu adalah lantunan lagu rohani Katolik "Tung Uli Do Marsinondang" -- "Sungguh Indah Bercahaya" (BETK. 597) -- di kanal YouTube tersebut. Itu lagu tua dalam Bahasa Batak Toba.
Lagu itu menjadi suara latar video kedatangan ambulans yang membawa jenazah Pastor Leo ke Gereja Katolik Santo Fransisku Asisi, Paroki Berastagi, tempat tugasnya yang terakhir.
Kurasakan ada sedikit basah di mataku saat mendengar lagu itu. Setelah hampir 50 tahun tak pernah mendengar dan menyanyikannya lagi.
Aku pikir, rasa haru itu timbul karena, pertama, kepergian Pastor Leo itu sendiri -- yang telah menerima kematian sebagai saudarinya. Itu lagu kesayangannya.