Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Patung Kristus Berwajah Batak di Sibea-bea Samosir?

5 Maret 2023   19:58 Diperbarui: 6 Maret 2023   06:42 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model patung Yesus Kristus Penyelamat dengan latar belakang rangka konstruksi pembangunan patung  yang sebenarnya di Bukit Sibea-bea, Kabupaten Samosir, Sumut (Foto: Instagram @hanny_pri via sudutpandang.id) 

Patung Christ The Redeemer di Gungung Corcovado, Rio de Janeiro, Brazil (Foto: sfmhd/Fotolia via britannica.com)
Patung Christ The Redeemer di Gungung Corcovado, Rio de Janeiro, Brazil (Foto: sfmhd/Fotolia via britannica.com)

Patung yang dibangun tahun 1931 itu kemudian menjadi model untuk patung-patung monumental Kristus di negara-negara lain. 

Termasuk di Indonesia. 

Sejauh ini terdapat dua patung Yesus yang monumental di Indonesia.   Pertama, patung Yesus Memberkati di Manado, Sulawesi Utara. Tinggi tubuh patung ini 34 meter, dan tinggi dudukannya 20 meter. Lebih tinggi dari patung Christ The Redeemer di Rio, Brazil.

Monumen Yesus Memberkati di Manado,   Sulawesi Utara. (Tribun Manado/Finneke Wolajan via kompas.com)
Monumen Yesus Memberkati di Manado,   Sulawesi Utara. (Tribun Manado/Finneke Wolajan via kompas.com)
Lalu, kedua,  patung Patung Yesus Memberkati di Makale, Tana Toraja. Patung ini berdiri di puncak Buntu Burake dengan posisi tangan terentang memberkati kota Makale di bawahnya.  Tinggi badan patung 23 meter, sementara tinggi dudukannya 17 meter.

Patung Yesus Memberkati di Buntu Burake, Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Foto: tribun-timur.com/Tommy Paseru/kompas.com)
Patung Yesus Memberkati di Buntu Burake, Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Foto: tribun-timur.com/Tommy Paseru/kompas.com)
Jika ada yang membedakan patung-patung monumental tersebut, maka hal itu terutama adalah tingginya. Sehingga kesan yang timbul kemudian, antar negara atau antar daerah lomba tinggi-tinggian patung Yesus. Ini mengingatkan pada "Tragedi Menara Babel".

Tak ada perbedaan sosok antropologis di antara patung-patung itu. Yesus yang ditampilkan adalah Yesus yang kaukasoid, kulit putih.

Jika bicara tentang patung Kristus di Manado dan Toraja secara khusus, mengapa bukan sosok Yesus mongoloid yang ditampilkan? Mengapa bukan Yesus berwajah Manado? Atau Yesus berwajah etnis Toraja?

Jawabannya, pertama, mungkin karena sosok Yesus kaukasoid itu sudah "diterima begitu saja".  Sejak Misi dan Zending menyebarkan Injil ke tengah masyarakat nusantara, Yesus diperkenalkan sebagai kulit putih. Tak bisa lain dari itu.

Kedua, inferioritas mongoloid dan negroid terhadap kaukasoid.  Umat Kristiani mongoloid menganggap tak pantas Yesus lahir sebagai ras negroid atau mongoloid. Karena itu membuat patung Yesus berwajah non-kaukasoid bisa dianggap merendahkan Yesus.

Hal terakhir ini sebenarnya aneh. Sebab bukankan pelakon tokoh Yesus dalam drama atau tablo Paskah di Indonesia,  sebagai contoh, adalah orang Indonesia asli? Entah itu orang Batak, Jawa, NTT, Toraja, Manado, Ambon, atau Papua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun