Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Patung Kristus Berwajah Batak di Sibea-bea Samosir?

5 Maret 2023   19:58 Diperbarui: 6 Maret 2023   06:42 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Yesus negroid di Minor Basilica of the Black Nazarene di Quiapo, Manila (Foto: wikipedia.org)

Pengukuhan sosok Kristus seperti itu mencerminkan ajaran Kristiani yang kaukasia sentris -- atau Eropah sentris. Dalam konteks itu, mustahil Yesus diperkenalkan sebagai sosok lelaki negrito atapun mongoloid.

Jadi, secara historis sosok Kristus sebagai laki-laki kaukasoid adalah fakta. Tak ada yang salah atau perlu dipersalahkan di situ.

Dasar Teologis

Lantas apa perlunya mempertanyakan fakta sosok kaukasoid Yesus Kristus?

Begini.

Kaitannya dengan Yesus Ilahi, yang diutus Bapa ke tengah bangsa-bangsa dalam rupa Putra Manusia. Bahwa Yesus lahir sebagai manusia Israel-Yahudi, itu adalah keniscayaan sejarah penebusan manusia dari dosa. Alasan pilihan Tuhan atas bangsa Israel itu selamanya misteri ilahi. 

Ajaran iman Kristiani mengatakan Yesus datang bukan hanya untuk bangsa Israel, tapi untuk segala bangsa. Kata Yesus, pergilah ke seluruh penjuru dunia, wartakanlah Injil. Jadi Israel hanyalah  pilihan wahana sosial, bukan tujuan kehadiran Yesus.  

Tuhan yang hadir dalam diri Yesus dengan demikian adalah Tuhan bagi segala bangsa, bukan bagi Israel saja.  

Sebab bila Tuhsn datang hanya untuk Israel saja, maka Dia menegakkan diskriminasi rasial.  Atau Tuhan menegakkan superioritas ras kaukasoid, kulit putih, atas kulit kuning (mongoloid) dan kulit hitam (negroid).

Hal semacam itu bisa menimbulkan persepsi bahwa penyebaran agama Kristiani adalah bentuk penjajahan dan penaklukan religi. Apalagi kerap terjadi imperialisme atau kolonialisme membonceng lembaga Missi Katolik dan atau Zending Protestan.

Gereja Katolik misalnya sangat menyadari masalah itu, sehingga kemudian melakukan penyebaran iman Katolik dengan pendekatan gereja inkulturatif. Pendekatan ini memanfaatkan potensi budaya etnis lokal sebagai wahana penyebaran Injil kepada komunitas-komunitas penganut religi asli.

Pendekatan itu kemudian melahirkan gereja-gereja Katolik spesifik  budaya etnik. Mulai dari bahasa Injil, bahasa liturgi, lagu rohani, musik liturgi, simbol-simbol seperti patung dan lukisan,  sampai bangunan fisik gereja yang mengadopsi kekayaan budaya lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun