Hendak dikatakan di sini bahwa livery Air Asia itu mengabarkan, kepada dunia, keindahan ekosistem Danau Toba sebagai hasil komunikasi antara nature dan nurture, alam dan budaya.
Ringkasnya Danau Toba itu diperindah budaya Batak, dan budaya Batak itu diperindah Danau Toba. Â Hasilnya adalah keindahan, kelembutan, dan ketenteraman khas Danau Toba dan masyarakat Batak.
***
Livery "Perempuan Tenun di Danau Toba" pada armada AAI itu, bagaimanapun, adalah sebuah undangan spesial bagi setiap orang di luar Danau Toba dan Batak untuk datang ke sana.Â
Lalu tinggal di situ mereguk sajian keindahan, kelembutan, dan ketenteraman dari alam Danau Toba dan budaya Batak. Untuk kemudian boleh pulang ke rumah dengan semangat baru, energi baru, dan visi baru menuju hidup yang lebih bermakna.
Orang Batak di bona pasogit, kampung halaman, Â kiranya perlu berterimakasih kepada AAI, Toba Tenun, Injourney, dan BPODT yang telah memasarkan wisata alam Danau Toba dan budaya Batak yang elok ke mancanegara.
Jika upaya pemasaran itu berhasil mendatangkan banyak wisatawan ke Danau Toba, ingatlah, mereka adalah boru yang harus dielek, dikasihi.Â
Dengan begitu, akan berlaku umpasa, petitih Batak yang mengatakan: Â Ai durung do boru, tomburan hula-hula, molo mamora boru, birsak ma hu hulahula. --Boru adalah tangguk, hula-hula piring saji. Jika boru kaya, maka akan terpercik ke hula-hula. Â
Baiklah tulisan ini ditutup dengan sebuah umpasa Batak lagi. Sahat-sahat ni solu, sai sahat ma hu bontean. Sahat leleng hita mangolu, sai sahat ma hu panggabean.  --Berlayar jauh perahu, akhirnya berlabuh di darmaga. Panjang usia hidup kita, semoga dikaruniai kebahagiaan.
Ima tutu. -- Jadilah seperti itu. (eFTe)
Â