Menakjubkan. Tapi menjadi masuk akal bila diingat sosok di balik livery baru itu adalah dua orang perempuan Batak kelas dunia. Mereka adalah Kerri na Basaria Panjaitan, socio-preneur pendiri Toba Tenun dan Veranita Yosephine Sinaga, Direktur Utama AAI.
Kedua perempuan visioner itu punya motif yang sama untuk memasarkan alam Danau Toba dan budaya Batak ke seluruh dunia. Kecintaan pada Tanah Batak dan kegairahan untuk meningkatkan ekonomi orang Batak lewat jalur wisata alam dan budaya. Harapannya Danau Toba sebagai sebuah ekosistem akan menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Maka terwujudlah livery "Perempuan Tenun di Danau Toba" itu sebagai hasil elaborasi tema Lake Toba & Beyond. Â Suatu livery yang cerdas.
Dikatakan cerdas karena  pemilihan empat sosok perempuan tenun di tepi Danau Toba itu sungguh mencerminkan nilai-nilai keindahan (beauty), kelembutan (tenderly), dan ketenteraman (serenity) sekaligus. Bukan saja pada Danau Toba dan budaya Batak, tapi juga pada maskapai AAI itu sendiri.
Kesan yang ditimbulkan, pesawat Air Asia itu menyajikan keindahan di udara, kelembutan dalam layanan, dan ketenteraman sepanjang penerbangan. Seperti bayi dalam gendonfan ibunya.
Pilihan empat sosok perempuan tenun ulos pada livery itu tentulah bersifat subyektif. Sebab selaku pelestari tenun ulos tua, pengembang motif baru, dan penguat para perempuan tenun ulos di Tanah Batak, sudah pasti Kerri mengedepankan ulos sebagai ikon wisata budaya di kawasan Danau Toba.Â
Tapi, sekalipun subyektif, pilihan itu relevan. Pilihan Kerri pada ulos ragi hotang, ragidup, dan tumtuman, seperti dikenakan empat perempuan tenun itu meringkaskan nilai-nilai hidup kebatakan.Â
Pertama, ikatan cinta kasih sebagaimana dilambangkan ulos ragi hotang. Hotang, rotan, adalah alat pengikat yang kuat. Ulos ini lazim diselimutkan pada pasangan pengantin baru.
Dua, kehidupan yang indah sebagaimana dilambangkan ulos ragidup yang motifnya rumit tapi indah dan hidup. Setiap kelyarga Batak pasti punya ragidup. Ulos ini lazim diselimutkan hula-hula (orangtua mempelai perempuan) kepada boru (orangtua mempelai laki-laki) sebagai simbol pemberian berkat, agar hidupnya indah, berhasil, dan bahagia.