Dua hal tersebut terakhir, Â industri tenun (sarung dan ulos) dan Onan Balige, sampai sekarang tegak sebagai penciri utama kota Balige. Â Hampir tak ada orang Batak Toba yang bebas dari balutan sarung (mandar) Balige. Â Juga tak ada orang Batak Toba yang tidak tahu tentang Onan Balige -- hari pasar besarnya Jumat.
Tak banyak yang berubah dari Balige, kendati sekarang dia sudah menyandang status ibukota Kabupaten Toba (sejak 1999). Memang ada bangunan baru hotel berbintang, sekolah modern, museum budaya, komplek pemerintahan, jalan raya lingkar luar (timur kota), dan pantai wisata Lumbanbulbul. Tapi Balige tetaplah "kota tenun" Â dan "onan Balige".
Kota di Tengah Sawah
Balige adalah kota di tengah sawah. Â Hal itu tercermin dari distribusi penggunaan tanah di Kecamatan Balige: 32% sawah, 34% lahan kering, 27% bangunan, dan 7% peruntukan lain.
Pertanian, khususnya padi sawah, masih menjadi mata pencaharian utama penduduk Balige. Karena itu masyarakat Balige masih kental dengan kultur petani.
Jika dipandang dari puncak Dolok Tolong, bukit di selatan kota,  Balige akan terlihat sebagai pemukiman yang dikelilingi  areal persawahan dari sisi timur, selatan, dan barat.  Sedangkan sisi utaranya langsung berbatasan dengan bibir pantai Danau Toba.
Balige  menjadi salah satu pusat transaksi beras di Toba Holbung.  Daerah ini terkenal sebagai salah satu sentra produksi beras terbesar dan terbaik di Tanah Batak. Â
Beras dari Toba Holbung, yaitu dataran di selatan danau, dikirim ke Sumatera Timur lewat kota Balige. Â Di masa Orde Lama, TD Pardede -- kelak membangun industri tekstil Pardedetex di Medan, dikenal sebagai seorang tauke beras besar di sana.
Areal persawahan di tepi kota itu sejatinya menjadi salah satu penciri khas kota Balige. Disamping pabrik-pabrik tenun yang masih tersisa  dan Onan Balige. Â
Selain itu tugu-tugu dalam kota juga bisa jadi penciri. Â Pertama, tentu saja, Monumen Pahlawan Revolusi DI Panjaitan yang berdiri tegak di tengah kota. Â Lalu tugu marga-marga Sibagotnipohan, Sonakmalela (Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede), Tuan Sihubil, dan Raja Panjaitan. Terakhir, Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII di Soposurung.