Anak saya misalnya magang di sebuah perusahaan start-up dalam rangka Kampus Merdeka. Hasil kerja magangnya, dibuktikan dengan laporan, Â ternyata dapat dikonversi ke dalam sejumlah mata kuliah. Lebih penting lagi, anak saya dapat belajar teori dan konsep sains mana saja yang benar-benar relevan dan diperlukan dalam dunia kerja.
Keempat, peningkatan dan penyegaran kemampuan metodologis dosen serta pendampingan penulisan artikel ilmiah untuk jurnal internasional.Â
Di PT mungkin hanya dosen pengampu  metodologi sains dan mereka yang tergabung dalam lembaga riset saja yang secara konsisten meningkatkan kemampuan di bidang metodologi sains. Itu karena tuntutan tugasnya.
Mayoritas dosen hanya terfokus pada mata kuliah disiplin sains. Akibatnya mereka kurang mengikuti perkembangan terbaru metodologi sains. Sementara pengetahuan metodologi lamanya sudah agak basi.Â
Tak heran bila  kemudian banyak dosen mengalami kesulitan saat dituntut menulis artikel untuk jurnal ilmiah terindeks nasional dan dunia. Suatu syarat mutlak untuk menjadi guru besar "kelas dunia".
Empat langkah tersebut bukanlah obat bagi segala kegagalan pendidikan di PT. Tapi dengan itu PT  dapat membentengi diri dari gerogotan joki akedemik, para perajin karil yang akan semakin canggih dengan kehadiran  chatbot berbasis AI seperti ChatGPT. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H