Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mukjizat Serumpun Pisang Bikin Pusing Lagi

3 Januari 2023   14:13 Diperbarui: 4 Januari 2023   06:00 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang asal-usul serumpun pisang (Musa paradisiaca) di pekarangan rumah Poltak di Gang Sapi,  sydah peenah Engkong Felix (bukan Felis catus tapi Homo sapiens kompasiana) kisahkan di sini.

Engkong tak hendak menceritakan ulang. Sebab, menurut Kitab Suci, jangan pernah kembali ke jalan lama. Melangkahkah lewat "jalan lain", jalan baru.

Dalam bahasa Admin Kompasiana, penceritaan ulang itu, apalagi lebih dari 25 persen konten, tergolong plagiat. Artikelmu langsung dihapus dan kamu dapat satu noktah merah.

Tapi, untuk kamu anasir kepoisme, Engkong beri kisi-kisilah. Rumpun pisang itu dulu tumbuh dari feses musang (Paradoxurus hermaphroditus). Dia pada awal 2020 pernah sembarang buang hajat di pekarangan rumah Poltak.  Tanya lagi apa itu feses dan buang hajat! 

Disebut mukjizat karena -- kendati dikirim lewat feses musang -- Poltak menanggapi kemunculan rumpun pisang itu sebagai karunia Tuhan. Sesuatu yang tak terduga, tak terpikir, dan tak diharap sebelumnya.

Itu semacam kamu berdoa dapat jodoh yang pas-pasan saja. Eh, tetiba diberi-Nya jodoh yang  cakep, baik, dan kaya-raya.  Kamu pasti jatuh pingsan karena kelewat bersyukur, kan?

Kembali ke pisang!

Seperti kelapa, pisang itu flora serbaguna. Semua bagiannya bermanfaat. Daun untuk bungkus makanan atau alas makan. Tulang daun dan pelepah untuk tali pengikat atau serat tenun. Jantung untuk sayur. Buah untuk dimakan segar atau diolah jadi aneka makanan. Batang dalam untuk sayur atau keripik. Bonggol untuk bahan makanan. 

Akar dan getahnya? Embuh! Kamu cari saja sendiri di internet.  Ini bukan artikel politips bermodal keterampilan salin-tempel.

Lainnya, ada teman Poltak bilang rumpun pisang itu bermanfaat juga untuk sarang kuntil dan anak-anaknya. Semprul!

Tapi ujarannya mungkin betul juga. Pernah suatu sore Poltak menebang dua batang pisang itu. Malamnya, selepas magrib, dia buang sampah di bak sampah yang berada di samping rumpun pisang itu.

Hyiiii, bulu kuduk Poltak mendadak berdiri tegak. Pas dia meraba tengkuknya, hyiii, ada ulat bulu.

Dulu Poltak pernah curhat di sini. Bagian yang bikin pusing pada mukjizat serumpun pisang itu adalah buahnya. 

Lha, kok? Bukan buah itu bagian paling nikmat dan membahagiakan dari pohon pisang?

Misalkan kamu melemparkan batu granit ke pantat Admin Kompasiana. Lalu Admin membalas dengan melemparkan pisang matang ke perutmu. Tidakkah kamu bahagia?

Ngomong-ngomong, kamu cerdas juga memilih pantat Admin sebagai target lemparan.  Sebab kalau kasusnya dibawa ke pengadilan, Admin pasti ogah menunjukkan pantatnya kepada Yang Mulia Hakim, saat diminta menunjukkan bukti kekerasan.

Bah, ngelantur!.  Oke, kembali lagi ke pisang! Buah pisang!

Begini.  Poltak sudah dua kali panen buah pisang di pekarangan.  Berarti dua tandan, kan?  Harusnya dia bahagia.  Nyatanya malah pusing tujuh keliling.  Soalnya pas dikupas, isinya biji semua.  

Ternyata pisang itu jenis pisang batu (Musa balbisiana).  Di balik kulitnya biji semua. Sehingga lebih tepat disebut biji berpisang ketimbang pisang berbiji. Nyaris tak ada bagian yang bisa dimakan.

Pernah ada  kompasianer menyarankan untuk dibikin rujak saja.  Gile! Pisang matang mana bisa dibikin rujak. Kalaupun itu pisang mentah, yang bener aje. Mosok seh Poltak disuruh makan setandan rujak?

Nah, sekarang pisang di pekarangan Poltak berbuah lagi.  Dia pusing jadinya. Pusing mikirin bakalan diapain tuh buah pisang. Dibiarkan matang sampai busuk alami di pohon, kok, ya eman-eman. Dibuang takut dosa menyia-nyiakan karunia. Dijual, gak bakat jadi bakul gedang. Dikasih pada orang, kok gak ada yang minta.

Tentang hal terakhir ini, kata pepatah Batak, "Hansit mulak mangido, humansitan mulak mangalehon." Sakit permintaan ditolak, lebih sakit pemberian ditolak. Nah, Poltaj gak kuat ditolak.

Lazimnya, orang mendapat mukjizat itu gembira dan bahagia.  Maka ada kompasianer yang menasihati Poltak. "Harusnya bersyukur  mendapat karunia mukjizat pisang!"

Halah!  Coba dia yang mendapat mukjizat setandan pisang batu matang.  Masih bisa ngomong gitu, gak? (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun