Ini kejadian pagi tiga hari lalu. Sebenarnya mau langsung nulis pagi itu sepulang dari pasar. Tapi keburu terdistrak oleh pisang goreng bikinan istri. Jadi segala lupa.
Menjadi lansia begitu agaknya. Satu hal terlupakan bila teringat hal lain. Daya ingat menurun. Gejala pra-pikun.
Kemarin ada teman membagikan konten TikTok antipikun di WAG Orang Alim. Katanya rajin-rajinlah sisiran. Lha, kalo pale loe botak, pegimane?
Nah, kan? Hampir lupa lagi nerusin kisah? Terdistrak oleh ide gaya sisiran si botak.Â
Begini ceritanya.
Engkong Felix pagi itu belanja sayuran dan lain-lain di pasar Gang Sapi. Biasalah, itung-itung olah raga.
Habis beli sayur, geser ke kios seberang beli kantong plastik. Nah, pas bayar kantong plastik, Engkong sadar selembar uang Rp 50,000 hilang dari saku celana.
Otomatis menoleh manis dong ke kios sayur. Tampak gulungan kecil kertas biru terkapar di tanah depan kios. Itu pasti uang punya Engkong.Â
Yakin, ainul yaqin. Walau sudah sedikit rabun, Engkong masih bisa membedakan uang dan kwitansi tagihan dari jarak jauh.
Segera Engkong bergegas menjumput uang yang tercecer itu. Seorang laki lansia lain yang berdiri di situ melotot. Iri pada Engkong yang dipikirnya mendapat rezeki pagi. Uang itu tergeletak dekat kakinya.Â
Mungkin dia rabun juga. Syukurlah bila demikian. Manfaat rabun, terhindar dari melihat yang bukan hak. Hal macam itu dosa, bukan?
Misalnya, apa guna lansia melirik-lirik istri atau suami tetangga? Lha, wong sama-sama "rumput mau mati", kok.
Ah, nyaris terdistrak lagi oleh kisah tetangga peyot-reyot.
Gembira-ria menemukan uang yang telah hilang, Engkong langsung beranjak pulang. Di kepala terbayang kenikmatan sayur asem panas. Dipadu lauk ikan gabus asin goreng kering. Nasi putih panas mengepul.Â
Kamu pasti menunda mati demi kenikmatan semacam itu, kan? Bohong kalau tidak.
"Mana kantong plastik?" tanya istri Engkong  saat memeriksa belanjaan.Â
"Astaga! Lupa! Ketinggalan di kios tadi."
Engkong lalu menceritakan kejadian penyebab kantong plastik lupa diambil dari atas meja etalase kios.
"Untung uangnya ketemu," kata istri Engkong memaklumi. Istri Engkong memang baik dan pengertian banget.
"Ya. Kantong plastik diambil besok saja."
Besoknya, atau dua hari lalu, pagi. Engkong pergi ke Pasar Gang Sapi untuk menjemput kantong plastik.
"Kemarin mau saya kasih tau. Tapi bapak sudah hilang," kata  Mas Kumambang -- sebut saja begitu -- penjaga kios.
"Saya.tidak hilang! Saya pulang!" jawab Engkong rada sengit. Rada trauma mendengar kata "hilang".Â
Trauma? Ya, menurut Kitab Suci anak hilang bisa pulang kembali. Tapi engkong-engkong hilang? Tak ada ayatnya, tuh.
Yang ada kisah-kisah nyata engkong-engkong pikun luntang-lantung di jalanan. Lupa jalan pulang ke rumah.Â
Lalu beredar pesan di WAG, "Hilang, Aki Hensol. Ciri, selalu ngomong bola.Yang menemukan, harap hubungi Acek Rudol di 0213459876."
Itu contoh saja. Tapi, serius, Engkong rada trauma pada pengumuman macam itu. Gak kuat membayangkan jika Engkong yang diumumkan hilang.
Misalnya begini: "Engkong Felix hilang dari Kompasiana." Lha, emang ade nyang nyariin?Â
"Emang gue pikirin?" kata Mas Nurulloh sambil isep cerutu. (eFTe)
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H