Awalnya Acek Rudy itu fokus pada topik numerologi. Tapi karena Engkong bully, dia melebar ke topik Kamasutra. Sambil jualan obat kuat. Engkong bully lagi, eh, dia melakukan deversifikasi topik secara besar-besaran. Jadilah Acek Rudy jadi "Kompasianer Palugada".
Tapi sebenarnya kompetensi Acek Rudy itu adalah manajemen bisnis ritel. Dia pelaku dan pemikir di bidang itu. Jika dia menulis artikel bisnis ritel, perhatikanlah, sejatinya dia menerapkan prinsip-prinsip dasar nomerologi dan kamasutra.Â
Tentang yang terakhir ini, the kamasutra of retail business, Engkong sudah pernah tulis. Silahkan cari sendiri. Â Jangan maunya diloloh saja. Â
Satu-satunya yang cilaka dari Acek Rudy adalah puisi. Sebenarnya Acek hanya beberapa kali nulis puisi. Tapi itu sudah overdosis untuk bikin pembaca pusing  tujuh keliling. Acek, tolong jangan berpuisi lagi. Ngeri!
Ketiga, manfaat untuk masyarakat. Acek menginisiasi pembentukan Komunitas Mettasik Kompasiana. Melalui komunitas ini, Acek mengajak rekan-rekan penganut Budha untuk menebar nilai-nilai kebaikan dan kebajikan Budhis yang bersifat universal kepada khalayak. Melalui artikel-artikel inspiratif di Kompasiana dan seri webinar.
Inisiatif Acek Rudy ini memungkinkan masyarakat, khalayak pembaca Kompasiana, untuk lebih mengenal nilai-nilai kasih dan damai ala Budhisme. Tanpa pretensi Budhaisasi.
Eloknya, komunitas itu terbuka juga untuk kalangan non-Budha. Alhasil, Komunitas Mettasik itu pada akhirnya menjadi wahana dialog antar penganut agama/kepercayaan yang beragam. Semacam wahana Bhinneka Tunggal Ika.
Nah, dengan tiga kriteria di atas, masih ada yang mau bilang Acek Rudy tak layak dinobatkan sebagai KoY 2022?
Kalau ada yang berpikiran begitu, pasti dia oposan atau antagonis yang selalu berdoa agar Acek Rudy tidak hadir di Bentara Budaya Jakarta tanggal 3 Desember 2022.
Mungkin dia takut gak bisa tahan nafsu kalau nanti ditawari Acek Rudy obat kuat gratis. (eFTe)
Â