Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Poltak, Sebuah Novel Mosaik

23 September 2022   22:15 Diperbarui: 25 September 2022   13:21 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa

"Saya menganggit novel Poltak selayaknya melukis dengan teknik mosaik." -Felix Tani 

Mungkin ada pembaca novel Poltak di Kompasiana bertanya-tanya.  "Apakah ini novel, atau kumpulan cerpen, atau serial humor?"

Sebagai penganggit, saya harus bilang, Poltak ditulis sebagai sebuah novel. Sekurangnya, saya niatkan sebagai novel.

Tapi, tukas pembaca lagi, mengapa tidak terkesan sebagai sebuah novel? Mengapa justru terbaca sebagai seri cerita yang terpisah-pisah. Setiap nomor bisa berdiri sendiri sebagai sebuah cerita.

Novel Poltak itu memang bisa dibaca secara anarkis. Bisa mulai dari depan, tengah, atau belakang. Secara runtut ataupun loncat-loncat. Sesukamu.

Ujungnya akan sama saja. Kisah tentang kesahajaan hidup seorang anak kecil bernama Poltak. Seorang anak Batak kelahiran kampung Panatapan. 

Kisahnya terfokus pada pengalaman-pengalaman sosial biasa seorang anak kecil. Pada usia prasekolah dan semasa sekolah di sebuah SD Negeri di Hutabolon.

Panatapan dan Hutabolon, keduanya pseudonim, yang menjadi ajang geografis novel itu adalah dua kampung kecil di Tanah Batak.

Sebelum mulai menulis novel Poltak, saya sudah membaca empat novel yang berkisah tentang masa kanak-kanak. Khususnya masa sekolah dasar. Saya membaca Matilda-nya Roald Dahl, Totto Chan-nya Tetsuko Kuroyanagi,  Duabelas Pasang Mata-nya Sakae Tsuboi dan, tentu saja, Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.

Keempatnya adalah novel hebat yang mustahil ditiru. Jujur, saya sangat terinspirasi oleh novel-novel itu. Sambil menyadari mustahil bisa menulis sehebat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun