Itu sebabnya Engkong gak punya foto profil Kompasiana. Ini menjawab Kompasianer Mas Arif Probo Linggo yang kemarin mempertanyakan hal itu. Ya, ampun, Mas. Nafsu banget mau lihat foto Engkong. Emang bakalan diapain di kamar mandi, coba?
Aih, ngelantur. Kita kembali ke burung Romo Bob, ya.
Kemarin Romo Bob menulis tentang burung gereja yang dilarang berdiri di Cilegon. Engkong lupa lagi judul artikelnya. Wajar, kan?
Dasar burung cerdas, karena dilarang berdiri, maka burung gereja Cilegon itu memutuskan untuk rebahan saja. Yup, jadi burung itu memang kudu solutip.
Solider dengan burung Romo Bob itu, burung emprit haji juga memutuskan untuk ikut rebahan.Â
Dua burung berlainan jenis rebahan bersama, bakalan apa, coba?
(Mengertikah kamu sekarang mengapa para pembaca Playboy cs dilarang baca artikel ini?)
Tapi Engkong heran tentang burung Romo Bob. Setahu Engkong burung gereja itu tidak bisa rebahan, tapi mengeram. Kalau sampai burung gereja rebahan, apalagi telentang, itu tandanya dia sudah mati.
Apakah Romo Bob sedang mengatakan burung gereja di Cilegon telah mati karena tak berumah? Mereka adalah burung gereja tunawisma.
Kamu tahu tunawisma, bukan. Itu gelandangan tak berumah yang nasibnya dikejar-kejar dan digusur-gusur. Istilah "membangun tanpa menggusur" dari Anies Baswedan tak berlaku untuk mereka.
Engkong jadi overthinking, one day, ya, one day Pak Wawalkot Cilegon mungkin literally akan mengejar-ngejar, menggusur-gusur, dan mengusir-usir burung gereja di kotanya.
Malu dong kalau di Cilegon banyak tunawisma berkeliaran. (eFTe)