Lagi pula, kenapa harus minta Jokowi menurunkan harga BBM, ya. Jokowi kan gak pernah menaikkan harga BBM.Â
Jokowi hanya menurunkan level subsidi BBM. Konsekuensinya level harga BBM jadi naik. Itu kan sesuai prinsip Hukum Pascal, ya.
Pernah belajar Fisika, kan?
Bayangkan percobaan berikut. Sebuah pipa U diisi air. Tinggi permukaan air di pipa kiri dan kanan sama, kan? Anggap pipa kiri itu level subsidi BBM. Lalu pipa kanan level harga BBM. Â Kemudian tuang air raksa ke pipa kiri. Karena mendapat tekanan, maka level air di pipa kuri turun, dong. Otomatis, level air di pipa kanan naiklah. Sesederhana itu, Kawan.Â
Berdasar Hukum Pascal itu, bisa disimpulkan demo atau protes atas kenaikan harga BBM itu salah isu. Harusnya yang didemo atau diprotes itu penurunanan nilai subsudi BBM. Itu kalau demonstran cerdas, ya.
Tapi mahasiswa dan ormas gak bakalan punya morallah kalau demo penurunan subsidi. Sebab potongan subsidi itu kan dipakai pemerintah untuk "bantalan" (bantuan tunai langsung) bagi warga miskin.Â
Mahasiswa dan ormas gak mau dong dituduh anti penanggulangan kemiskinan. Malu, tauk.
Yaah, mungkin para pemrotes mikirnya gak sampai situ, ya.
Hasil survei mengungkap lebih dari 50% responden rela negara ngutang lagi asalkan harga BBM gak dinaikin.
Nah, itu namanya sindrom "biar ngutang asal gaya". Itu penyakit bangsa ini. Makanya pinjol berjaya.
Sebenarnya ada isu seksi untuk bahan demo. Hapus anggaran pensiun DPR dan Menteri! Kurangi penghasilan anggota dewan!