Itu pula sebabnya pargonsi memiliki tempat tinggi dalam masyarakat Batak.  Mereka diyakini sebagai perantara manusia dan Dewata Mulajadi Na Bolon.  Karena itu partaganing digelari Batara Guru Humundul dan parsarune disebui Batara Guru Manguntar. Dalam suatu gondang, tempat duduk pargonsi harus lebih tinggi dari panortor. (Kecuali kalau panortornya, dulu, Sisingamangaraja.)
Satu rangkaian reportoar Gondang Bolon lazimnya terdiri dari minimal lima repertoar berikut:
- Gondang mula-mula, sebagai pengakuan bahwa segala sesuatu di dunia ini bermula dari Mulajadi Na Bolon. (Tanpa tortor.)
- Gondang somba-somba, sebagai pernyataan sembah sujud kepada Mulajadi Na Bolon dan wakilnya di dunia. (Tanpa tortor.)
- Gondang liat-liat, untuk memfasilitasi tortor interaktif antar tiga unsur struktrur sosial Dalihan Na Tolu yaitu hula-hula (pemberi anak perempuan), dongan tubu (kerabat segaris darah), dan boru (penerima anak perempuan). Lazimnya dalam gondang liat-liat (manortor secara berkeliling) pihak hula-hula akan memberi berkat (ulos), sedangkan pihak boru menyembah sambil memberikan tumpak, materi (uang) kepada hula-hula.
- Gondang siribur-ribur, permintaan repertoar khusus untuk manortor secara bebas.
- Gondang hasahatan, sebagai penutup sekaligus permohonan agar dikaruniani parhorasan oleh Mulajadi Na Bolon (ditutup dengan sorakan "Horas!" tiga kali).
Panggung Dalihan Na Tolu
Adat Gondang Bolon lazim dilaksanakan orang Batak Toba pada ritus-ritus peralihan hidup. Tapi paling utama dalam adat perkawinan, kematian paripurna (sarimatua/saurmatua, beranak cucu dan cicit), dan mangongkal holi (memindahkan belulang leluhur ke makam beton). Â
Pada setiap kegiatan adat besar itu ketiga unsur Dalihan Na Tolu harus hadir lengkap. Jika ada salah satu unsur yang tidak hadir, maka kegiatan adat tidak bisa dijalankan. Karena ada status/peran yang hilang. Jika dipaksakan pelaksanaannya, maka itu akan dicela sebagai na so maradat (tidak beradat).
Gondang Bolon, jika diadakan, dengan demikian adalah pemanggungan interaksi tiga unsur Dalihan Na Tolu itu. Â Untuk lebih jelasnya, saya akan analisis satu video YouTube Gondang Bolon dalam sebuah upacara adat perkawinan di Desa Lumban Gurning, Porsea Toba.
Agar dapat dimengerti dengan baik, sebelum masuk ke sisa tulisan ini, sebaiknya saksikan lebih dulu video berikut:
Repertoar gondang yang dimainkan pargonsi dalam video itu adalah Gondang Liat-liat. Di situ ditunjukkan pihak parboru, yaitu penerima mempelai wanita, berkeliling menyembah dan menerima berkat pihak hula-hula, pemberi mempelai wanita.
Video itu dengan jelas menggambarkan struktur dan interaksi unsur-unsur struktur sosial masyarakat Batak Toba sebagai berikut:
Pertama, pargonsi, pemain Gondang Bolon. Kelompok ini terdiri dari enam orang karena ada dua orang yang memainkan dua alat musik. Baris depan dari kiri ke kanam adalah panggordang (merangkap panghesek), partaganing, dan parsarune bolon.  Di baris belakang ada tiga orang pangongung, salah seorang memainkan sekaligus dua ogung. Â