Apa hubungan cuci mobil dan hujan turun? Kalau kamu cuci mobil di bawah curah hujan, berarti kamu hemat air, tapi boros tenaga untuk mengeringkan mobil.Â
Paham maksud engkong, kan? Ya, itu pekerjaan sia-sia. Sama seperti kamu sedang berenang, tiba-tiba turun hujan. Lalu kamu buru-buru berteduh karena takut basah kehujanan. Â
Mungkin kamu pikir tak adalah manusia sedungu itu. Maksud Engkong, manusia yang melakukan pekerjaan sia-sia.Â
Kamu salah. Ada yang seperti itu. Engkong Felix, pemukim senior di Gang Sapi, Jakarta.
Begini ceritanya. Engkong Felix itu pantang cuci mobil. Sebabnya, setiap kali dia cuci mobil, entah itu cuci sendiri atau di jasa cuci mobil, tak berapa lama kemudian pasti turun hujan.Â
Itu terbukti secara statistik. Dari 10 kejadian cuci mobil, maka 8 kejadian langsung diikuti oleh curah hujan. Artinya, probabilitas hujan turun setelah Engkong cuci mobil adalah 0.8. Angka ini lebih akurat ketimbang ramalan cuaca BMKG.Â
Sebenarnya tak masalah bila hujan turun setelah mobil masuk karpor (carport). Ini, hujan turun saat Engkong masih berkendara di jalan. Kan gelo jadinya. Percuma cuci mobil kalau kemudian langsung kehujanan. Ih, rasanya pengen manggil Mbak Rara, deh.
Lagi pula ada kepentingan politik tersembunyi. Engkong ogah kasi amunisi buat para anti-Anies yang selalu standby membully Anies saat Jakarta kebanjiran gegara hujan lokal. Kasihan, kan?
Intinya, Engkong Felix jadi kapok cuci mobil. Kalau kamu kebetulan berkeliaran di jalanan Jakarta, lalu tampak olehmu mobil SUV tua yang kotornya melebihi Kali Item Jakarta, nah, itu pasti mobil punya Engkong. Â
Sedemikian joroknya mobil itu, sehingga orang lewat pun tak tega melihatnya. Pernah suatu kali mobil itu Engkong tinggal di parkiran mobil Blok M. Eh, saat Engkong balik, di kaca belakang yang berdebu tebal ada tulisan "PEMILIK MOBIL INI JOROK".
Salah! Engkong bersih. Mobilnya yang jorok. Kalau tak paham duduk perkara kenapa mobil Engkong jorok, Â gak usah cawe-cawe, deh. Dasar cunihin! Kulibas pula kau nanti!
Ah, awas hoogh spanning, Engkong. Lupakan si cunihin cawe-cawe itu.
Baiklah.
Kemarin hari Minggu, 28 Agustus 2022, Engkong tiba-tiba berniat keras cuci mobil. Itu pasti ulah Roh Kudus. Sebab Engkong sekeluarga mau ibadah ke gereja. Kasihan mobil Engkong ntar minder sama mobil-mobil  kinclong mulus wangi di parkiran.
Maka subuh, persis selepas azan, Engkong sudah mencuci mobil. Disiram air, digosok, lalu dilap sampai kering. Nah, mobil tampak jadi bersih dan segar. Walau tak kinclong lagi.
"Bah, alamat turun hujan nih ntar." Istri Engkong nongol di pintu, mengingatkan.
"Doanya jangan gitu, dong." Wajah Engkong memelas cemas.
"Bukan doa. Itu pasti." Istri Engkong senyum-senyum gimana, gitu.Â
Perjalanan ke gereja, aman. Jauh dari hujan. Langit Jakarta terbilang cerah, walau tak biru.Â
Sepanjang dan seusai Ibadah Ekaristi di gereja, aman. Langit Jakarta masih tetap terbilang cerah walau, sekali lagi, tak biru. Mungkin berkat doa umat yang ingin makan-makan dan raun-raun sepulang gereja.
Meluncur ke TPU Kampung Kandang, ziarah di sana, lalu pulang dan belok ke warung soto Mbah Moe, makan sampai keringatan, masih tetap aman. Walau langit sudah mulai mendung.
"Kita langsung pulang." Engkong mengambil keputusan. Khawatir benar-benar hujan. Lagi pula, pandemi belum bersih tuntas. Tak baik bila terlalu lama berkeliaran di luar rumah. Â
"Terimakasih, Tuhan. Kau belum turunkan hujan-Mu." Poltak bersorak, bersyukur belum hujan, saat berhenti di depan pintu pagar rumah.
Dengan perasaan menang atas istri tercinta, Engkong turun dari mobil, lalu membuka gembok pintu sorong pagar.Â
Byur. Tiba-tiba saja hujan besar tumpah dari langit mengguyur mobil Engkong dan bumi Jakarta.Â
"Tuhan! Kenapa Kau iseng banget, sih!" Engkong berteriak sambil berlari kuyub masuk ke dalam mobilnya yang malang.(eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H