Kecemasan Berta dan Poltak adalah doa. Didengar oleh Tuhan. Dikabulkan dengan cara-Nya sendiri. Hingga Tiurma, anak gadis mereka, kini sudah kembali ke pelukan kedduanya dengan selamat.
"Tadi sudah bilang terimakasih pada ibu itu?" tanya Berta.
"Sudah, Ibu."
"Dia seorang perempuan sejati. Seseorang yang memiliki naluri melindungi dan memelihara anak. Walau itu bukan anak sendiri." Poltak membatin.Â
Itu namanya empati sosial. Wujud kekayaan sosial pada seorang individu.
Perempuan di kereta malam Jayabaya itu adalah permata yang bersinar di gelap kota Jakarta. Kota yang menderita kemiskinan sosial. Defisit empati sosial dalam masyarakatnya yang individualistik.
Di tengah Jakarta yang defisit empati sosial itu, ada terselip "orang Samaria yang baik hati". Ah, Tuhan selalu memberi harapan yang pasti. (eFTe)