Karena itu tak perlulah mutung bin ngambek bilang AFF ngawur,  tak mutu, dan merugikan Indonesia. Lalu, karena itu, mau pindah ke EAFF yang lebih hebat ke mana-mana.
Eh, itu ibarat orangtua yang kecewa pada SD Gang Sapi karena anaknya gak pernah jadi juara kelas di situ. Â Lalu mutung mau memindahkan anaknya ke SD Amat Buras yang lebih top bin favorit. Yaelah, bakalan tambah mejret tuh anaknya.
Coba pikir macam manalah nasib Timnas kita kalau PSSI pindah ke EAFF. Pastilah jadi lumbung gol bagi Korsel, Jepang, dan China. Kira-kira macam Brunai, Kamboja, dan Timor Leste kalau di AFF. Mau loe gitu?
Jadi gah usah anggar-jagolah PSSI mau minggat dari AFF dan merantau ke EAFF. Â
Evaluasi lalu benahi diri aja. Lalu jadilah jawara ASEAN. Gak usah nyalahin aturan AFF, organisasi AFF, Thailand, dan Vietnam segala.
Lagi pula, pada sadar gak sih, kalau keanggotaan PSSI di AFF itu juga dalam rangka solidaritas dan integrasi ASEAN? Apa kata dunia kalau PSSI minggat dari AFF hanya gegara Timnas U-19 gagal masuk semi-final Piala AFF 2022. Â Cemen banget, woi!
Ayo, fokus pembenahan ke dalam organisasi PSSI. Benahi struktur dan kultur.
Di sisi struktur, bebaskan PSSI dari kungkungan "birokrasi kekuasaan". Jangan jadikan PSSI sebagai basis akses kepada kekuasaan, atau basis ambisi menjadi gubernur.
Jangan juga main kuasa di tubuh PSSI. Seperti kuasa menentukan nama-nama pemain Tim Nasional. Juga kuasa main pecat pelatih nasional.
Lalu di sisi kultur, bebaskan PSSI dari mentalitas "menerabas". Mentalitas pencari "jalan pintas" yang serba instan untuk mendapatkan hasil juara Piala AFF, Piala Asia, dan Piala Dunia.
Mie instan memang bikin kenyang, tapi cara instan tak bikin menang.