"Mimpi digigit lintah, Ompung."
"Makanya, jangan suka berenang di pea atau tebat."
Alogo juga tidak mau ketinggalan bermimpi pada malam itu. Dia bermimpi sedang bernyanyi merayu Tiur di atas atap sebuah kapal di tengah Danau Toba. Tapi Tiur tiba-tiba melompat ke danau dan berubah menjadi seekor ikan mas besar. Alogo juga ikut terjun ke danau dan berubah menjadi ikan mas. Mereka berkejaran di air danau.
Tiur juga bermimpi. Dia bermimpi bertemu Alogo yang sedang menuntun kerbaunya di tepi Danau Toba. Tiba-tiba Alogo mengangkat dirinya dan mendudukkannya di punggung kerbau itu. Lalu mereka berjalan pulang ke sebuah rumah yang ditunggui Poltak dan Berta.Â
Murid- murid yang lain juga bermimpi indah dalam tidur mereka. Tapi tidak perlu diceritakan sekarang di sini.
Guru Arsenius juga bermimpi dan itu perlu diungkapkan. Dalam mimpinya Guru Arsenius menjadi seorang pendeta yang sedang menikahkan Berta dan Poltak di sebuah gereja yang besar dan indah. Upacara itu dihadiri semua murid kelas enam SD Hutabolon.
"Poltak, apakah kau bersedia menerima Berta menjadi istrimu dalam suka dan duka?"
"Ya, saya bersedia."
"Berta, apakah kau bersedia menerima Poltak menjadi suamimu dalam suka dan duka?"
"Ya, saya bersedia."
"Hei! Pernikahan ini tidak boleh terjadi! Poltak dan Berta masih anak-anak!" Terdengar suara keras dari langit-langit di atas altar gereja.Â