"Bah, terus, mau mandi di mana?"
"Di sungai."
"Bagus! Kau suruhlah kakekmu mandi di Kali Ciliwung sana!"
Orang, kalau belum pernah jadi warga lansia, memang suka ngomong seenak udelnya. Emangnya kalau orang macam Engkong Felix hanyut di Ciliwung bakalan heboh nyariin? Paling juga orang, semisal Mas Arif, Â nyeletuk, "Yah, engkong hanyut di kali, wis wayahe."Â
"Lagian ngapain juga engkong-engkong mandi di kali. Keganjenan banget," kata David Abdullah. Bah, orang yang nyaranin warga lansia mandi di sungai tadi, namanya siapa, ya?
Semprul! Sungguh semprul! Alangkah semprulnya.
Tapi Engkong Felix takut terjatuh di kamar mandi bukan karena semua alasan di atas. Bukan karena takut stroke. Apalagi alasan sakit dan gengsi. Bukan!
Ketakutan Engkong ada kisahnya sendiri.Â
Begini. Dulu waktu kecil di kampung, Engkong itu tergolong waras. Sampai suatu hari terjatuh dari pohon makadamia, dengan kepala membentur tanah. Â Sejak itu tiba-tiba saja Engkong berubah menjadi penyimpang kreatif, alias kenthir.Â
"Anak ini IQ-nya 150, naik dua kali lipat gara-gara otak kiri dan kanan tercampur. Itu pasti akibat kepalanya dulu mengalami benturan keras." Seorang psikolog pernah membwri penjelasan macam itu.
Engkong sejatinya tak percaya pada kebenaran analisis psikolog itu. Psikolog mungkin secara teoritis paham struktur dan cara kerja otak. Tapi jelas dia tak faham fisiologi otak. Itu bidang keahlian fisiolog atau dokter bedah otak, bukan psikolog macam Ayu Diahastuti, misalnya.