Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terimakasih, Saudara Roy Suryo

20 Juni 2022   05:53 Diperbarui: 20 Juni 2022   16:32 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata rekan itu, politisi Indonesia akan selalu berdalih dan menyalahkan pihak lain yang lemah, untuk menyelamatkan diri dari kesalahan yang diperbuatnya sendiri. Dia akan melepas tanggungjawab dan mengkambing-hitamkan orang lain. Begitu orang Indonesia dididik sejak kecil.

Dan benarlah demikian. Bukankah Roy Suryo cari selamat dengan mengkambing-hitamkan akun-akun pengunggah terdahulu foto itu dan para buzzer yang dituduhnya provokator?

Sungguh "menakjubkan", sikap Roy Suryo itu persis sama dengan sikap seorang anak jelas tiga SD bernama  Poltak tahun 1969 di pelosok Tanah Batak sana. Itu sikap seorang anak kecil 52 tahun yang lalu. 

Ya, 52 tahun lalu si kecil Poltak berdalih bukan dia yang pertama menyanyikan lagu ledekan "Donna Tarida Kolorna".  Teman-temannyalah yang menyanyikan lebih dulu, dan dia hanya ikut-ikutan.

Tapi guru agama si Poltak telah mengingatkan satu pelajaran, bahwa setiap orang harus menyadari status sosialnya lebuh dulu, untuk menilai dampak yang mungkin terjadi jika mengujarkan suatu hal yang sensitif. Kata orang Batak, "Jolo nidilat bibir asa nidok hata." Jilat bibir dulu sebelum berujar. Timbang dulu buruk-baiknya.

Si kecil Poltak dulu adalah ketua kelas, dan si dewasa Roy Suryo kini adalah tokoh politik. Keduanya tak menjilat bibir sebelum berujar. Kalau kamu bingung mencari istilah untuk melabel tindakan semacam itu, silahkan tanya kepada Rocky Gerung. (eFTe).  

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun