Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Indonesia Ustad Abdul Somad Bukan Ekstrimis

18 Mei 2022   15:21 Diperbarui: 18 Mei 2022   15:33 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merujuk pada batasan di atas, ada dua dasar untuk bisa mengatakan seseorang itu ekstrimis keagamaan dan/atau politik. Pertama, berdasar hasil riset ilmiah atas pemikirannya, kegiatannya, dan benda-benda yang dihasilkannya.  

Sejauh ini, belum ada satupun hasil riset ilmiah yang telah dilakukan secara rigid dan menyimpulkan bahwa UAS adalah seorang ekstrimis keagamaan. Karena itu tak ada dasar ilmiah untuk mengatakan UAS adalah ekstrimis.

Kedua, berdasar asesmen sosial-politik dari pemerintah yang dilakukan secara khusus dan hasilnya diumumkan kepada khalayak, atau sekurangnya hasil asesmen itu dapat diakses publik.

Sejauh ini belum ada dokumen atau pengumuman hasil asesmen oleh pemerintah RI terhadap UAS.  Jangankan asesmen, pernyataan resmi pejabat pemerintah, baik eksekutif maupun judikatif, tidak ada.  

Artinya, di Indonesia UAS tidak dinilai pemerintah sebagai seorang ekstrimis keagamaan atau politik. Jika ada yang menolak kesimpulan ini, silahkan tunjukkan bukti-bukti formalnya.

Kalau dulu, di era Orde Baru, pemerintah pernah eksplisit menyatakan kelompok tertentu sebagai ekstrim kiri (sosialis/komunis), ekstrim tengah (kelompok fundamentalis agama), dan ekstrim kanan (kapitalis/liberalis). Sekarang tak ada pelabelan macam itu.

Di ruang publik kini, semisal di media massa dan media sosial, mungkin ada pernyataan-pernyataan yang menuduh UAS sebagai penganjur kekerasan dan/atau pendukung ajaran ekstrimis dan segregasionis.  Tapi itu, jikalau ada, tergolong pernyataan-pernyataan subjektif yang tak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

Lantas, mengapa Pemerintah Singapura bisa tiba pada kesimpulan formal bahwa UAS ada seorang ekstrimis (dan segregasionis) keagaamaan, dalam arti "penganjur kekerasan dan pendukung ajaran ekstrimis dan segregasionis"?

Saya pikir, itu ranah kedaulatan bangsa dan negara Singapura yang tidak boleh dipertanyakan, digugat, apalagi dicela.  Sangat mungkin bahwa demi keamanan dan ketahanan Singapura sendiri, pemerintahnya menggunakan indikator-indikator yang sangat sensitif untuk menentukan apakah seseorang berbahaya atau bisa membahayakan Singapura. 

Hari ini indikator-indikator itu menunjukkan bahwa UAS tidak layak, harus ditolak,untuk masuk Singapura.  Besok mungkin kena pada orang lain yang perilaku kegamaan atau politiknya sepola dengan UAS. Atau mungkin juga  orang lain yang berseberangan dengan UAS. Hanya pemerintah Singapura yang tahu.

Pada akhirnya perlu dikatakan, jika tetangga menolak kita masuk ke dalam rumahnya, terimalah itu sebagai kenyataan sosial. Jangan langsung merasa terhina lalu marah-marah merendahkan tetangga.  Tapi hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa diri sendiri:  "Apa yang salah pada diriku sehingga ditolak  tetangga masuk ke dalam rumahnya?" (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun