Itu jika uji coba sukses. Jika gagal, ya, mesti eksplor kemungkinan lain.
Maksud saya begini. Pembelajaran sepanjang proses kerja adalah salah satu pilihan. Ada pilihan lain yaitu menjalani pekerjaan semata sebagai rutinitas fungsional.
Jika pilihan terakhir ini diambil, maka suatu ketika karyawan akan menjadi "onderdil aus". Pensiun, lalu teronggok seterusnya. Mau seperti itu?
Hei, para karyawan tua. Kita memang pensiun pada waktunya. Tapi itu tak berarti kita berhenti bekerja. Jangan sampai begitu.
Izinkan saya berbagi pengalaman seorang teman, mantan karyawan tua, sebut saja namanya Poltak. Sekadar ilustrasi untuk memperjelas kerja sebagai pembelajaran.
Poltak memasuki dunia kerja di perusahaan, tepatnya sebuah perusahaan agribisnis pangan, pada usia menjelang 50 tahun. Sebelumnya dia berkutat dengan rutinitas seorang PNS pengajar Sosiologi.
Poltak tak ingin hidupnya berakhir sebagai pensiunan PNS semata. Itu alasannya, jika kamu tanya mengapa dia beralih kerja ke dunia usaha.
Pertanyaan utama yang harus dijawab Poltak, apa yang harus dilakukan seorang sosiolog di lingkungan perusahaan agribisnis pangan?
Belajar. Ya, betul, belajar. Dan Poltak harus menjadi pembelajar cepat. Mengikuti langgam proses-proses bisnis yang serba cepat.
Berdasar keputusan direksi, Poltak telah menduduki ragam posisi sepanjang masa kerjanya di perusahaan.Â
Beginilah dia menjalani pekerjaan di berbagai posisi itu sebagai proses pembelajaran tiada henti.