Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #090] Darmawisata Swadana

12 Mei 2022   12:05 Diperbarui: 13 Mei 2022   07:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Pada hari itu, mereka boleh menikmati hasil jerih payah berhari-hari, berminggu-minggu, bulan ke bulan.  Hari-hari berpeluh mencari dan menabung sedikit demi sedikit uang untuk swadana darmawisata.

Semua anak telah berjuang keras. Poltak, Binsar, dan Bistok mencari kayu bakar di hutan lalu menjualnya ke toke soban. Juga mengumpul buah makadamia yang dijual ke pemborong kehutanan. Serta menjadi buruh pembungkus bibit pinus di pembibitan punya dinas kehutanan di Toruan.

Jonder, Adian, Togu, Marolop, Nalom, dan Saur menjual rumput kepada pemborong lapangan golf dan hotel di Parapat. Setiap pulang sekolah, bersama para lelaki dewasa,  mereka menyempatkan diri mencangkuli bungki, bongkah tanah berumput, di padang-padang rumput desa. 

Alogo dan Gomgom lain pula. Mereka menangkap ikan pakai bubu, lukah di Sungai Binangabolon. Hasil tangkapan, ikan pora-pora dan kadang ihan Batak, dijual kepada warga sekampung atau kampung lain. 

Para murid perempuan tak kalah gigih. Berta dan Tiur jualan pisang goreng tiap hari Minggu di depan gereja HKBP Hutabolon. Dagangan mereka larus manis.

Berta tak perlu lagi membayar kekurangan biaya darmawisata. Tanpa menyebut nama Berta, secara diam-diam Poltak sudah menyerahkan sumbangan sebesar limapuluh rupiah kepada Guru Arsenius.

"Sudah beres. Kelas kita mendapat sumbangan dari hamba Tuhan," kata Guru Arsenius menjawab pertanyaan Berta soal pembebasan biaya itu.

Jojor, Poibe, dan Risma kerjasama jualan kacang tojin dan kacang kulit sangrai. Mereka menjual dengan cara titip di kedai-kedai di Hutabolon. Juga beberapa kali mereka menjualnya secara asongan di pesta-pesta adat di Hutabolon.

Dinar berjualan ketimus dan singkong goreng. Pelanggan utamanya para buruh pemecah batu pada proyek peningkatan jalan raya Trans-Sumatera. Buruh etnis Jawa asal Sinaksak, Siantar itu sedang bekerja di ruas Sorpea-Hutabolon. 

Sehabis  doa, Guru Arsenius mengarahkan anak-anak naik ke atas bus. "Anak-anak, ayo, naik ke motor. Tertib!" 

Tapi anak-anak itu terlalu suka-cita untuk bisa tertib. Mereka seakan lomba lari menuju bus "Sariburaja". Sudah pasti pemenangnya Binsar, juara lari seratus meter itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun