Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indikasi Cacat Logika dan Etika pada Argumen Pemecatan Dokter Terawan

8 April 2022   15:07 Diperbarui: 9 April 2022   05:17 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Kabar terakhir dari Menteri Kesehatan, ada harapan bahwa Pengurus Besar (PB) IDI dan Dokter Terawan akan duduk bersama untuk menyelesaikan masalah pemecatan Dokter Terawan dari IDI.  Itu sesuatu yang layak diapresiasi.  Dampaknya akan positif terhadap kemajuan kedokteran dan kesehatan nasional ke depan.

Satu hal yang mungkin perlu dicatat, mudah-mudahan pertemuan itu, jika merujuk tipologi J. Habermas, adalah suatu "tindakan komunikasi" antara dua pihak yang setara. Bukan "tindakan kerja" yang bersifat sepihak, dimana PB IDI yang memiliki kekuasaan mengadili (dan menghukum) Dokter Terawan yang tak punya kekuasaan. 

Saya khawatir, IDI selama ini menerapkan pendekatan kerja atau kekuasaan. Sangat mungkin hal itulah yang menyebabkan Dokter Terawan enggan memenuhi panggilan MKEK/IDI untuk mempertanggungjawabkan dugaan pelanggaran etika. Sebab dia sudah diposisikan sebagai objek, bukan lagi subjek.  

Penggunaan istilah "sejawat" dalam organisasi IDI mestinya bukan menunjuk pada aksi kekuasaan (kerja), melainkan pada aksi komunikasi yang menempatkan dua pihak pada posisi setara secara sosial.  Hanya dengan aksi komunikasi, PB IDI dan DokterTerawan dapat keluar dari masalah dengan kemenangan pada kedua pihak. (eFTe)

Rujukan:

[1] "Alasan IDI Tak Percaya Riset Cuci Otak Terawan di Unhas", katadata.co.id, 5/4/2022.

[2] "MKEK IDI Duga Unhas Ditekan Demi Luluskan Metode Cuci Otak Terawan", cnnindonesia.com, 4/4/2022.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun