Begitulah. Logikanya, pikir Engkong nih, sakit gigi saat puasa pasti efektif mengurangi dosis makanan. Sebab sakit gigi bikin malas makan. Sementara puasa bikin nafsu makan terkekang. Secara logika, dosis makanan bakalan menciut, dong. Iya, gak, seh?
Tapi itu logika elu aja kale, Bang, Mpok. Engkong Felix gak bisalah diakali macam itu. Karena pikiran Engkong selalu kreatif setiap ada tantangan.
Sakit gigi memang bikin malas makan karena sulit mengunyah tanpa mengaduh. Solusinya pilih makanan lembek, dong.Â
Tapi solusi macam itu terlalu mainstream. Gak keren. Â Engkong berlatih mengunyah makanan pakai gigi seri yang masih lengkap.
Berhasil? Ya, gak lah. Paling tidak untuk saat ini. Latihan terus. Kalau kelinci aja bisa makan dengan dua gigi seri, masa sih Engkong gak bisa?
Begitupun puasa. Memang efektif mengekang frekuensi makan Engkong. Â Makan cuma dua kali sehari. Atau cuma sekali sehari saat Rabu Abu dan Jumat Agung.
Frekuensi berkurang, tapi kuantitas tetap, atau bakan bertambah. Sebab keberhasilan mengurangi frekuensi makan harus dirayakan dengan makan sekenyang-kenyangnya, bukan? Logis, gak, seh?
Alhasil, sakit gigi dan puasa gagal menurunkan berat badan Engkong Felix.Â
"Ah, percumalah sakit gigi dan puasa," pikir Engkong, kesal. "Gak bisa diandalkan," sungutnya lagi.
"Hei, Engkong. Yang gagal itu bukan sakit gigi dan puasamu. Tapi pikiranmu. Kamu itu sudah gagal sejak dari pikiran, tauk!"
Ada mahluk semacam peri bersayap putih marah-marah sambil menjewer telinga kanan Engkong.